Logo Bloomberg Technoz

Pada 27 Juli lalu, PIC dari PKS meminta waktu Anies untuk bisa berjumpa dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Berselang sehari setelahnya, sekitar pukul 16.00, Anies akhirnya bertemu dengan Syaikhu di kediaman Anies.

Dalam pertemuan tersebut, Syaikhu menyampaikan PKS memerlukan kejelasan apakah Anies setuju berpasangan dengan Sohibul Iman di Pilgub Jakarta. Kemudian, Syaikhu memberikan tenggat ke Anies selama seminggu untuk memutuskan. Seminggu berikutnya adalah tanggal 4 Agustus.

”Kenapa tanggal 4? Nah, disampaikan karena tanggal 7 Agustus rencananya akan ada rapat DPTP [Dewan Pimpinan Tingkat Pusat PKS] untuk memastikan bahwa pasangan AMAN [Anies-Sohibul Iman] ini sudah aman. Jadi, pasangan AMAN akan ditetapkan,” sebut Anies.

Mantan calon presiden Pilpres 2024 itu menjelaskan, dirinya masih perlu waktu untuk berdiskusi dengan Sohibul karena mereka belum sempat berbincang sejak deklarasi PKS yang mengusung Anies-Sohibul pada 25 Juni 2024. Kala itu, Anies sedang berada di luar negeri. Setelahnya, Anies juga belum sempat bertemu dengan Sohibul karena dirawat di rumah sakit dan Sohibul pun harus menjalani operasi.

“Kami sudah janjian ketemu hari Selasa malam tanggal 30 Juli, itu ngobrol agak panjang hampir 3 jam ngobrol dengan Pak MSI [Sohibul], soal Jakarta, soal gubernur dan wakil,” ujar Anies.

Keesokannya, pada 31 Juli, Anies langsung menghubungi PIC Pilkada yang selama ini ditugasi. Anies menyampaikan bahwa dirinya ingin bertemu dengan Presiden PKS. Akhirnya, pada 31 Juli sore, Anies berjumpa dengan Presiden PKS.

”Dalam pertemuan itu, saya sampaikan bahwa saya siap untuk berjuang bersama Pak MSI [Sohibul] sebagaimana yang diputuskan di DPTP. Jawaban itu disambut baik oleh Pak Presiden [Syaikhu], disampaikan juga bahwa gini kira-kira, dengan adanya keputusan ini, maka mesin partai bisa mulai bergerak,” tutur dia. 

Anies menegaskan, hingga saat ini tidak pernah ada pembahasan persoalan tenggat. Hal ini perlu ia jelaskan agar seluruh jajaran PKS di Jakarta memahami dan tetap yakin untuk bisa terus berjuang bersama ke depannya. 

”Insya Allah sampai di akhir Agustus ini kita bisa sama-sama daftar,” imbuh Anies.

Di sisi lain, Anies menghormati dinamika yang ada di tiap partai politik dan selalu menghormati apa pun putusan yang dibuat oleh pimpinan partai karena ada partai yang bisa mengumumkan awal dan cepat, tetapi ada juga partai yang belum bisa mengumumkan awal dan cepat.

“Sekali lagi saya tegaskan, saya ini menghormati apapun keputusan partai. Kami hargai dan kami tahu masing-masing [partai] memiliki kendala, kesempatan yang berbeda-beda, punya kepentingan misi dan khas partainya, jadi saya hormati keputusan partai, saya hormati langkah-langkah partai,” kata Anies. 

Bantahan PKS 

Di tengah ramainya pembahasan mengenai pesan suara Anies, viral juga pesan suara Ketua DPW PKS Jakarta Khoirudin yang dikirimkan ke Anies. Dalam pesan suara tersebut, Khoirudin menanggapi pesan suara Anies yang pernah dikirim kepadanya dan sudah tersebar ke mana-mana. 

Menurut Khoirudin, para juru bicara PKS mengambil kesimpulan berdasarkan fakta. Sejak 20 Juni 2024, Presiden PKS sudah menyampaikan secara langsung ke Anies soal keputusan DPTP PKS yang mencalonkan Anies sebagai cagub dengan cawagub dari kader PKS, yakni Sohibul Iman. Saat itu, Presiden PKS juga mengingatkan bahwa PKS tidak bisa mengusung calon sendiri dan meminta Anies agar memastikan Nasdem dan atau PKB untuk ikut mengusung pasangan Anies-Sohibul.

”Secara terbuka, keputusan ini diumumkan oleh Presiden PKS pada 25 Juni 2024 dan untuk kedua peristiwa ini Pak Anies menyambut positif dengan menjawab langsung ke Presiden PKS ataupun via rekaman dari Spanyol yang diunggah di media sosial. Dari situ, kami menyimpulkan bahwa Pak Anies sudah menerima keputusan DPTP PKS mencagubkan Pak Anies dengan Pak Sohibul Iman sebagai cawagubnya,” sebut Khoirudin.

Pada akhir Juli, Presiden PKS didampingi PIC-nya menyampaikan keputusan PKS langsung ke Anies terkait tenggat 4 Agustus. Saat itu bukanlah masalah meminta persetujuan Anies terhadap Sohibul sebagai cawagubnya, melainkan membahas keberhasilan Anies untuk mendapatkan kepastian tambahan dukungan dari partai lain, seperti Nasdem dan atau PKB.

”Sejak awal tentu Pak Anies paham bahwa sekali pun PKS dengan 18% perolehan kursi DPRD, menjadi pemenang pemilu legislatif di Jakarta tahun 2024, tetapi belum bisa sendirian mencalonkan gubernur. Tidak seperti saat PKS menang pemilu legislatif di Jakarta tahun 2004. Saat itu PKS menang dengan 24% sehingga bisa mencalonkan gubernur dan wakil gubernur secara sendirian,” kata Khoirudin.

Selain secara terbuka meminta Anies untuk berusaha mendapatkan tambahan dukungan, Presiden PKS juga secara terbuka sudah memperjuangkan Anies dan Sohibul agar bisa mendapat dukungan maju sebagai cagub-cawagub Jakarta. Presiden PKS telah meminta dukungan dari pimpinan partai Nasdem, Perindo, Partai Solidaritas Indonesia, PKB, bahkan Partai Gerindra sekalipun.

Namun, hingga melewati 4 Agustus, ketika PIC dari PKS menanyakan hasil perjuangan Anies untuk mendapatkan kepastian dari Nasdem dan atau PKB untuk mencalonkan Anies, ternyata Anies belum bisa mendapatkan kepastian. Sementara pimpinan Nasdem, seperti Ahmad Sahroni, serta Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid pada akhir Juli dan awal Agustus lalu justru menyampaikan pernyataan terbuka yang mengisyaratkan tidak melanjutkan dukungan kepada Anies sebagai cagub Jakarta.

Khoirudin mengaku juga pernah menyampaikan pesan langsung ke Anies agar Anies bisa menjadi kader PKS jika tidak menerima Sohibul sebagai cawagubnya. Namun, kala itu, Anies tidak menyambut positif ajakan tersebut.

”Jadi saya sudah sampaikan langsung ke Pak Anies agar kalau tidak menerima Pak Sohibul Iman, Pak Anies bisa mengenakan jaket putih, masuj sebagai kader PKS. Jadi nanti sebagai calon gubernur dari PKS sehingga bisa mengambil calon wakil gubernur dari luar PKS. Namun, waktu itu Pak Anies tidak menyambut positif ajakan tersebut, malah menyampaikan keinginan Pak Anies untuk netral,” ungkap Khoirudin.

(mfd/ain)

No more pages