Peningkatan bea masuk juga dipengaruhi penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, yakni dari Rp15.077/US$ pada 2023 menjadi Rp15.910/US$ pada 2024.
Selanjutnya, peningkatan bea keluar dipengaruhi oleh bea keluar tembaga yang tumbuh 92,8% (yoy) dengan pangsa 76,5% dari total bea keluar. Hal ini dipengaruhi relaksasi ekspor komoditas tembaga.
Di sisi lain, penerimaan bea keluar produk sawit turun 60% (yoy), dipengaruhi penurunan rata-rata harga crude palm oil (CPO) 2024 sebesar 5,91% (yoy), yakni dari US$865/metrik ton menjadi US$814/metrik ton. Terjadi pula penurunan volume ekspor produk sawit 15,48% (yoy), dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton.
Terakhir, penerimaan cukai tumbuh tipis dipengaruhi penerimaan cukai hasil tembakau Rp111,3 triliun, tumbuh tipis 0,1% (yoy) dipengaruhi kenaikan produksi, utamanya golongan II dan golongan III.
Penerimaan cukai MMEA tercatat sebesar Rp4,6 triliun atau tumbuh 10,6%, didorong kenaikan tarif dan produksi MMEA dalam negeri. Kemudian, penerimaan cukai EA sebesar Rp80,4 miliar atau tumbuh 21,8% sejalan dengan kenaikan produksi.
(lav)