"Oleh karena itu, kita lihat banyak negara seperti AS dan Indonesia stok barangnya naik karena sudah diproduksi tetapi order-nya baik dalam dan luar negeri melemah. Ini yang nanti akan menjadi perhatian kita, dan kemarin Bapak Presiden di rapat IKN meminta para menteri untuk melihat perkembangan PMI ini," jelas Sri Mulyani.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang menyinggung soal pelemahan aktivitas manufaktur.
“Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir,” tutur Jokowi saat memberi pengantar di rapat tersebut.
Ia meminta agar para Menteri Kabinet Indonesia Maju mencermati alasan penurunan PMI manufaktur, seperti alasan dibalik permintaan domestik yang melemah apakah karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah.
Atau bahkan penurunan tersebut justru diakibatkan oleh serangan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia atau biasa disebut praktik dumping.
Selain itu, terkontraksinya PMI manufaktur pada Juli, menurut Jokowi, juga dapat diakibatkan oleh permintaan ekspor dari luar negeri yang melemah akibat gangguan rantai pasok atau perlambatan ekonomi mitra dagang utama RI.
“Sehingga kita harus bisa mencari pasar non tradisional dan mencari potensi pasar baru ekspor kita,” ucap Jokowi.
Ia juga menekankan pentingnya belanja produk lokal dan penggunaan bahan baku lokal untuk memperkuat industri manufaktur Tanah Air. Lebih lanjut, Jokowi juga menegaskan industri dalam negeri harus dilindungi oleh pemerintah.
“Agar dilihat betul diwaspadai betul secara hati-hati karena beberapa negara di Asia PMI-nya juga berada di angka dibawah 50 yaitu, Jepang 49,2, Indonesia 49,3, RRT 49,8, Malaysia 49,7,” ucap Jokowi.
(aji)