Desember tahun lalu diketahui Ekuador telah menerima dana dari IMF senilai US$ 700 juta dari total komitmen fasilitas senilai US$ 6,5 miliar.
Arosemena bertemu IMF pekan ini untuk pertama kalinya sejak Februari saat Presiden Guillermo Lasso kalah dalam sebuah referendum. Hal tersebut menjadikan obligasi pemerintah setempat anjlok.
Menurut data Bloomberg, beberapa minggu kemudian, ada upaya pemakzulan untuk kali kedua. Hal ini membuat nilai obligasi Ekuador berada pada rekor terendah sepanjang sejarah, di bawah 30 sen per dolar. Investor mulai khawatir karena Lasso tidak populer, hingga memungkinkan pendukung mantan Presiden Rafael Correa yang berhaluan sosialis, dapat kembali menguasai pemerintahan.
Kongres di Ekuador tengah berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Guillermo Lasso. Kongres yang dikuasai pihak oposisi menuduh pemerintahan berkuasa telah korupsi, meski sudah dibantah Lasso. Anggota Kongres tengah melakukan pemungutan suara dalam upaya mereka impeachment presiden berkuasa. Diperlukan waktu enam minggu dan dukungan suara setidaknya dua pertiga dari total anggota parlemen.
Setelah pergolakan politik pemakzulan di Kongres selesai, eksekutif harus menyelesaikan ‘deal’ dengan IMF, kata Arosemena, meski ia yakin agenda politik dari oposisi ini berakhir dengan kegagalan.
Indeks Bloomberg mencatat bahwa catatan utang dari Ekuador telah membuat investor rugi 26% hanya di sepanjang tahun ini. Kerugian investor di Ekuador jadi yang paling buruk kedua di dunia setelah Bolivia. Penjualan obligasi ini menjadikan peluang bagi investor untuk melakukan buyback perdana, seperti diumumkan akhir tahun lalu.
“Ada paradoks atas risiko negara [atas] ketidakpastian, bahwa pemerintah akan lepas tangan bisa saja terjadi lagi. Namun di sisi lainnya, bisa menjadi peluang terjadi perubahan pengelolaan utang ke arah yang lebih baik,” kata dia.
(bbn)