Logo Bloomberg Technoz

Tambang di RI Paling Rawan Terdampak Ancaman La Niña Akhir 2024

Wike Dita Herlinda
12 August 2024 20:00

Lokasi tambang PT Freeport Indonesia di Grasberg Papua (Dadang Tri/Bloomberg)
Lokasi tambang PT Freeport Indonesia di Grasberg Papua (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Operasi pertambangan di Indonesia dan Australia diramal akan mengalami gangguan terparah, jika fenomena cuaca La Niña yang diiringi banjir dan hujan lebat terjadi pada akhir tahun ini.

Berdasarkan data pembaruan Juli 2024 dari Pusat Prediksi Iklim AS (CPC), La Niña diperkirakan berkembang selama Agustus—Oktober 2024 dengan probabilitas sebesar 70% dan dapat bertahan hingga akhir 2024—awal 2025, dengan prakiraan yang menunjukkan peluang kelanjutan sebesar 79% hingga November—Januari.

Sementara itu, dampak pasti La Niña masih belum pasti dan bergantung pada intensitas dan durasinya pada pengujung 2024. Akan tetapi, potensi dampak negatifnya rawan mendisrupsi prospek pasar logam dan industri pertambangan global untuk periode 2024—2025.

“Gangguan cuaca yang terkait dengan La Niña kemungkinan akan menimbulkan risiko penurunan prospek pertambangan regional serta menimbulkan volatilitas di seluruh pasar logam,” papar tim peneliti BMI —lengan riset Fitch Solutions— dalam laporannya, dikutip Senin (12/8/2024). 

Tambang terbuka tembaga Oyu Tolgo milik Rio Tinto di Mongolia./Bloomberg-SeongJoon Cho

Saat belahan bumi utara memasuki musim dingin, kondisi cuaca yang disebabkan oleh La Niña berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya di seluruh dunia.