Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham energi berhasil memimpin penguatan IHSG dengan lonjakan 3,23%. Disusul oleh menguatnya saham teknologi 2,25%, dan saham konsumen non primer menguat 1,22%.

Sementara saham-saham kesehatan membukukan pelemahan paling dalam yaitu 0,27%. Di atasnya ada saham transportasi yang terpangkas 0,22%.

Saham-saham yang melesat dan menjadi top gainers di antaranya PT Green Power Group Tbk (LABA) yang naik 24,7%, PT Duta Anggada Realty Tbk (DART) melejit 24,5%, dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) bertambah 18,3%.

Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) yang ambles 9,92%, PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) anjlok 9,66%, dan PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) ambruk 7,51%.

Di Asia, sejumlah indeks saham kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 16.30 WIB, TW Weighted Index (Taiwan) memimpin penguatan dengan kenaikan 1,42%, Kospi (Korea Selatan) yang menguat 1,15%, KLCI (Malaysia) melesat 0,66%, Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam) terdongkrak 0,54%, SENSEX (India) menguat 0,22%, dan Hang Seng (Hong Kong) menghijau 0,13%.

Sedang indeks saham Asia lainnya terperosok di zona merah, yaitu Straits Times (Singapura) melemah 0,80%, Shenzhen Comp. (China) drop 0,47%, juga Shanghai Composite (China) kehilangan 0,14%.

Bursa saham Asia tersengat sentimen positif dengan yang terjadi di New York. Pada perdagangan sebelumnya, 3 indeks utama di Wall Street berhasil finish di zona hijau.

Index Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,13%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite melejit dengan kenaikan masing-masing 0,47% dan 0,51%.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, aksi beli yang memicu rebound Bursa Saham Wall Street kembali muncul dengan semringah, setelah terjadinya jual masif hingga mengejutkan pasar keuangan global.

“Pasar dengan metrik apa pun telah mengalami oversold dan akan bangkit,” kata Quincy Krosby dari LPL Financial.

Suasana hati investor membaik setelah laporan Klaim Pengangguran AS yang lebih baik yang meredakan kekhawatiran resesi yang dipicu oleh data ketenagakerjaan minggu lalu yang lebih buruk dari perkiraan. Fokus saat ini akan bergeser ke sejumlah indikator ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, termasuk Inflasi Harga Konsumen.  

Prospek pertumbuhan yang membaik untuk China juga menjadi pertanda baik untuk Risk Appetite.

“China sebenarnya dapat mengungguli pasar-pasar lain ketika pasar-pasar lain sangat bergejolak," kata Aisa Ogoshi, Fund Manager di JPMorgan Asset Management Japan Ltd. kepada Bloomberg TV.

“Penarik kebijakan di negara ini mulai terlihat,” jelasnya.

Masih harus dilihat berapa lama rebound terbaru ini dapat bertahan karena para investor terus mencerna sinyal-sinyal yang berbeda dari para pembuat kebijakan. 

(fad/wep)

No more pages