“Produsen itu sudah menanggung beban biaya produksi yang sudah tinggi yang belum passing through ke konsumen. Sehingga ini berdampak pada tingkat profitabilitas dan juga kapasitas produksi mereka yang turun,” ucap Faisal.
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Peneliti Core Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat dengan cara tidak mengeluarkan kebijakan kontra produktif yang dapat menekan daya beli.
Menurut dia, perbaikan indeks PMI akan ditentukan dengan seberapa mampu masyarakat terstimulasi melakukan peningkatan konsumsi. Sebab, akan menjadi penentu respons pengusaha dalam meningkatan kapasita produksi dan peningkatan kapasitas investasi.
“Untuk industri sendiri, saya kira pemberian insentif terbatas bagi industri yang membutuhkan perlu dipertimbangkan apalagi misalnya industri tersebut dinilai punya kontribusi yang besar terhadap perekonomian,” kata Yusuf kepada Bloomberg Technoz, Senin (12/8/2024).
Yusuf menekankan, kecepatan dan ketepatan respons Kementerian teknis terkait atas arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi kunci penting dalam upaya pemerintah mengatasi anjloknya PMI Manufaktur RI.
“Juga proses transisi pemerintahan nantinya karena kita tahu di Oktober nanti sudah akan ada kabinet baru yang nantinya tentu responnya akan ikut menentukan perkembangan atau optimisme dari indeks PMI itu sendiri,” pungkas Yusuf.
Pada pemberitaan sebelumnya, Presiden Jokowi meminta para menteri Kabinet Indonesia Maju mencari penyebab utama PMI Manufaktur Indonesia memasuki level kontraksi pada Juli 2024 yakni sebesar 49,3.
“Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi karena penurunan PMI ini saya lihat sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir,” tutur Jokowi saat memberi pengantar di rapat tersebut, disiarkan secara virtual melalui Youtube Sekretariat Presiden.
Ia meminta agar para Menteri Kabinet Indonesia Maju mencermati alasan penurunan PMI Manufaktur, seperti alasan dibalik permintaan domestik yang melemah apakah karena beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah.
Atau bahkan penurunan tersebut justru diakibatkan oleh serangan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia atau biasa disebut praktik dumping.
(azr/roy)