Data inflasi AS diprediksi akan memberikan sinyal yang makin campur aduk pada pasar dan berpotensi kian menaikkan tensi volatilitas di pasar yang belum pulih sepenuhnya dari guncangan besar pekan lalu, dipicu kekhawatiran resesi AS dan tindakan Bank of Japan menaikkan bunga acuan.
Dari domestik, pagi ini Presiden Joko Widodo membuka rapat kabinet paripurna perdana di Ibukota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Dalam pembukaan rapat tersebut, seperti dilansir dari siaran langsung stasiun TV lokal, Joko Widodo menyoroti tentang terperosoknya indeks Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli lalu yang ke zona kontraksi, pertama kali sejak pandemi. Jokowi juga menyoroti mengapa terjadi penurunan daya beli masyarakat.
Kepala pemerintahan meminta pejabat atau menteri terkait mencermati situasi terkini kondisi manufaktur dan daya beli masyarakat tersebut.
Teknikal rupiah
Secara teknikal nilai rupiah terlihat melemah menuju level koreksi terdekat di level Rp15.940/US$ yang merupakan level support usai gagal mendekati MA-200. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.970/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.000/US$ sebagai support terkuatnya.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level Rp15.900/US$ dan selanjutnya Rp15.850/US$.
Adapun dalam sepekan perdagangan, atau dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih memiliki potensi penguatan optimis lanjutan ke MA-200 ke level Rp15.870/US$.
(rui)