Logo Bloomberg Technoz

"Akhirnya kita hanya tinggal wait and see saja. Bayangkan dolar saja sudah seperti main yoyo, turun naik, turun naik, kita mau matok [harga] di mana? Mau dipatok di berapa? Itu kan susah. Pemerintah kita kayaknya enggak serius," sambungnya. 

Ekspor dan impor (Dok: Bloomberg)

Subandi lantas mencontohkan Malaysia yang menggunakan mata uang negaranya, ringgit, untuk pembayaran biaya pengangkutan (freight) barang. Sementara itu, di Indonesia, meskipun pembayaran dilakukan dalam rupiah, dasar pengenaannya tetap dalam dolar AS.

Walhasil, hal ini akan terus menjadi tantangan besar bagi pengusaha ekspor impor dalam menghitung biaya dan mempertahankan bisnis mereka.

Pada akhirnya, dengan situasi yang penuh ketidakpastian ini, Subandi menegaskan bahwa para pengusaha harus berusaha mempertahankan eksistensi bisnis mereka, meski harus menghadapi risiko kerugian.

"Kalaupun rugi ya ruginya tidak terlalu besar. Maka caranya, kalau yang dari importir produk bahan makanan, makanan paling secara kualitas dikurangi, secara ukuran dikurangi. Kalau memang masih bisa dikurangi, kualitasnya dikurangi," tegasnya.

"Walaupun mungkin kalau dibandingkan dengan rasa, dibandingkan dengan kualitas, dibandingkan dengan ukuran dengan yang sebelumnya pasti berbeda, tetapi itu cara pengusaha untuk bisa eksis," pungkasnya.

Awal pekan ini, Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edi Mahmud mengumumkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2024 adalah Rp 5.536,5 triliun atas dasar harga berlaku. Dengan demikian, ekonomi Tanah Air tumbuh 5,05% dari periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy).

Capaian tersebut tidak jauh dari perkiraan pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg menunjukkan prediksi pasar berada di 5%. Sementara itu, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau secara quarter to quarter (qtq), ekonomi Indonesia tumbuh 3,79%. Pada semester I-2024, ekonomi tumbuh 5,08%.

"IMF [International Monetary Fund] pada Juli meramal pertumbuhan ekonomi global 2024 tetap stabil, negara berkembang melambat dibandingkan dengan 2023 tetapi masih tinggi dari capaian global. Indikator PMI manufaktur global sepanjang triwulan II berada di zona ekspansi," kata Edi dalam jumpa pers di kantornya.

Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 hanya sebesar 5% yoy dan meningkat tipis menjadi 5,1% yoy pada 2025.

Dalam laporan IMF disebutkan pertumbuhan ekonomi RI masih ditopang oleh permintaan domestik. Namun, pertumbuhan tersebut tertahan oleh penurunan harga komoditas.

"Prospek tetap positif meskipun dalam konteks global yang penuh tantangan. Pertumbuhan akan mencapai 5,0% dan 5,1% pada 2024 dan 2025," papar Dana Moneter Internasional, sebagaimana tertulis dalam laporan tersebut, dilansir medio pekan ini.

Soal inflasi, IMF meramal akan berada pada kisaran target pemerintah. Selanjutnya, ekspor diprediksi tumbuh dengan laju yang lambat dan impor IMF proyeksikan akan tumbuh sejalan dengan permintaan domestik yang terjaga.

Perkembangan tersebut, menurut IMF mengarahkan defisit transaksi berjalan pada level yang moderat pada 2024—2025.

(prc/wdh)

No more pages