Charlie Wells —Bloomberg News
Bloomberg, Angka pengangguran meningkat seiring kekhawatiran resesi, menyebabkan lebih banyak orang memperbaiki resume atau CV di platform media sosial LinkedIn. Namun, pergeseran kian terjadi pada generasi gen Z yang lahir pada tahun 1997-2010.
Founder Harrison Gray Search and Consulting, Adam Kail menyebut generasi muda melihat LinkedIn lebih seperti Facebook saat perdana pada tahun 2004, sebagai tempat untuk terhubung dengan teman dan berbagi foto.
Padahal LinkedIn, yang telah muncul 22 tahun lalu, sebelum Facebook, Instagram, Twitter dan bahkan MySpace ada, dipakai untuk segala hal yang terkait bisnis, unggahan profesional dan terorganisir. Pendekatan Gen Z membuat mereka mempertanyakan strategi mereka.
“Anda punya orang–orang dengan usia lebih tua, akan melihat pemuda tampil dan lebih mendapatkan jumlah likes,” jelas Adam.
“Mereka mencoba melakukannya tetapi bukan bagian dari keahlian sehingga akhirnya sangat kikuk.”
LinkedIn Bukan Facebook
Sejumlah unggahan di LinkedIn menampilkan hal–hal personal, membagikan foto di gym, video rutinitas olahraga, sehingga diragukan kualitasnya dalam mendaur ulang sebuah konten.
Bahkan beberapa pengguna LinkedIn komplain karena tidak puas atas keputusan calon pemberi kerja yang menolak atau mengabaikan mereka.
Bob Hutchins, seorang ahli strategi pemasaran dan penasihat AI di Nashville menyatakan bahwa apa yang membuat banyak postingan LinkedIn tidak efektif adalah karena orang-orang terlihat terlalu menonjolkan diri saat mereka memberi kesan kepada pemberi kerja atau klien.
Hutchins pernah mengunggah di LinkedIn-nya pada tahun 2022 dengan menyebut “Ini bukan Facebook” dan meraih puluhan ribu respons, like maupun komentar.
Yang pasti, memberi tahu orang-orang apa yang boleh dan tidak boleh mereka posting di media sosial adalah cara yang pasti untuk menarik teguran, dan orang-orang mengecam Hutchins karena diduga mencoba membatasi kebebasan berbicara.
Namun, dia anggap, orang-orang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam ‘menjual’ diri mereka sendiri.
Jadi Diri Sendiri
Meskipun banyak yang merasa terganggu dengan perubahan di LinkedIn, ada kelompok pengguna lain yang menyukai konten yang lebih personal. Apalagi format unggahan macam ini memancing engagement.
Mereka berpikir bahwa grup yang menyebut “LinkedIn Bukanlah Facebook” dapat bertindak terlalu jauh, sehingga merugikan para pencari kerja.
Banyak kalangan perekrut mengatakan bahwa mereka ingin mengetahui seperti apa kandidat di LinkedIn, dan mungkin enggan untuk menjangkau peluang jika sebuah profil terlihat tidak aktif.
Molly Godfrey, kreator konten viral dan co–founder Build Impact Convert, perusahaan pertumbuhan LinkedIn,mengatakan bahwa ada tempat untuk konten pribadi yang relevan.
Meski begitu tetap penting untuk tidak terbawa oleh apa yang ia sebut sebagai “metrik vanity.”
Ini adalah hal-hal seperti jumlah komentar atau suka yang didapat sebuah postingan. Beberapa kliennya memiliki akun yang terlihat seperti akun sederhana, tetapi sebenarnya menghasilkan bisnis besar.
Pasalnya mereka menargetkan orang yang tepat. Inti dari strategi ini adalah mengetahui apa yang ingin dicapai oleh pengguna dengan postingan mereka.
Sementara itu, penting untuk tidak mencampuradukkan kesuksesan media sosial dengan kesuksesan karier, menurut pelatih eksekutif Michael Urtuzuástegui Melcher.
“Pada akhirnya, Anda akan dipekerjakan karena kompetensi Anda. Bukan jumlah pengikut yang Anda miliki,” ," kata dia.
(bbn)