“Dalam jangka menengah, prospek harga emas masih positif dengan sisipan koreksi sesaat. Data klaim pengangguran telah meredakan kekhawatiran soal resesi di Amerika Serikat (AS) dan ini mengangkat harga emas. Ditambah lagi, penurunan suku bunga sepertinya sudah dekat,” terang Zain Vawda, Analis di MarketPlus, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Kemarin malam waktu Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 3 Agustus tercatat 230.000. Turun 17.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar dengan perkiraan 240.000.
Data ini menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, kecemasan terhadap resesi bisa sedikit teredam.
Awal pekan ini, ketakutan akan resesi membuat pasar keuangan ‘kebakaran’. Emas tidak luput dari tekanan, karena investor menjual emas demi menutup kerugian di aset-aset lain.
Di sisi lain, pasar juga meyakini bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan. Meski mungkin pemangkasannya tidak seagresif yang diperkirakan sebelumnya.
Kini pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat mungkin hanya memangkas Federal Funds Rate sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September. Mengutip CME FedWatch, peluang ke arah sana adalah 51,5%, naik dibandingkan kemarin yang sebesar 45%.
Sementara probabilitas pemangkasan 50 bps ke 4,75-5% kini menjadi 48,5%. Turun dari posisi kemarin yang sebesar 55% atau sepekan lalu yang mencapai 74%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)