Data ini menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, kecemasan terhadap resesi bisa sedikit teredam.
Awal pekan ini, ketakutan akan resesi membuat pasar keuangan ‘kebakaran’. Emas tidak luput dari tekanan, karena investor menjual emas demi menutup kerugian di aset-aset lain.
Di sisi lain, pasar juga meyakini bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan. Meski mungkin pemangkasannya tidak seagresif yang diperkirakan sebelumnya.
Kini pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat mungkin hanya memangkas Federal Funds Rate sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25%. Mengutip CME FedWatch, peluang ke arah sana adalah 51,5%, naik dibandingkan kemarin yang sebesar 45%.
Sementara probabilitas pemangkasan 50 bps ke 4,75-5% kini menjadi 48,5%. Turun dari posisi kemarin yang sebesar 55% atau sepekan lalu yang mencapai 74%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Analisis Teknikal
Setelah turun pekan ini, bagaimana proyeksi harga emas untuk minggu depan? Apakah bakal turun lagi atau bisa bangkit?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas berada di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 65,94. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang berada di posisi bullish.
Namun perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI tercatat 48,81. Menghuni area jual (short) meski tidak terlalu kuat.
Harga emas saat ini sudah berada di pivot point US$ 2.430/troy ons. Target resisten terdekat ada di US$ 2.455troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.473/troy ons akan menjadi target selanjutnya.
Sementara target support terdekat adalah US$ 2.414/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi menuju US$ 2.383/troy ons.
(aji)