Sektoral saham barang baku, saham perindustrian, dan saham infrastruktur jadi yang tertinggi penguatannya hari ini, melesat dengan kenaikan 1,61%, 1,11%, dan 0,84% secara masing-masing. Disusul oleh saham transportasi yang terbang 0,81% dan saham keuangan menguat 0,47%.
Saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT SLJ Global Tbk (SULI) yang melesat 34%, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melonjak 25%, dan PT Golden Flower Tbk (POLU) melejit 25%
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) yang jatuh 13,7%, PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) ambruk 9,66%, dan PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) anjlok 9,14%.
Pada Jumat, PSEI (Filipina), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), memimpin penguatan dengan melesat 1,50% dan 1,27%.
Bursa Saham Asia lainnya juga kompak menapaki jalur hijau, i.a, Index KOSPI (Korea Selatan), Hang Seng (Hong Kong), SENSEX (India), Topix (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo), Straits Time (Singapura), KLCI (Malaysia) dan SETI (Thailand) yang masing-masing berhasil menguat 1,24%, 1,17%, 1,03%, 0,88%, 0,56%, 0,37%, 0,36%, dan 0,34%.
Sementara, Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), dan Shanghai Composite (China), masih terjebak di zona merah, melemah 0,66%, 0,34%, dan 0,27%.
Cerahnya IHSG dan Bursa Saham Asia tidak lepas dari euforia di New York. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,76%, S&P 500 melesat tinggi 2,30%, dan Nasdaq Composite menguat mencapai 2,87%. Tersengat efek data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang mencerminkan tanda-tanda ketahanan, yang menunjukkan lebih sedikit orang yang mengajukan tunjangan pengangguran dari yang diharapkan.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data terbaru tersebut meredakan kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja setelah data pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan pada Jumat di pekan lalu memancing kekhawatiran resesi yang merembet ke pasar global.
Data menunjukkan klaim pengangguran awal AS anjlok paling dalam hampir setahun. Ketika kecemasan ekonomi mereda, drop 17 ribu menjadi 233 ribu pada 3 Agustus, di bawah ekspektasi pasar di angka 240 ribu. Menyusul 250 ribu yang direvisi ke atas pada minggu sebelumnya, tertinggi dalam setahun.
“Beberapa berita baik dengan klaim pengangguran,” kata Chris Zaccarelli di Independent Advisor Alliance.
Penguatan Bursa Saham Asia sejatinya juga merespons kabar positif dari peningkatan konsumsi di China.
Inflasi negara tersebut mencatat kenaikan lebih dari yang diperkirakan, memberikan harapan akan pemulihan permintaan domestik.
Indeks Harga Konsumen menguat 0,5% dari tahun sebelumnya, Biro Statistik Nasional mengatakan pada Jumat. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan 0,2% pada Juni, dan juga perkiraan median 0,3% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.
Menghidupkan kembali permintaan domestik menjadi semakin penting karena ekspor - sebuah titik terang yang jarang terjadi dalam perekonomian tahun ini, secara tak terduga melambat di bulan Juli, yang menandakan penurunan permintaan global.
Dong Lijuan, Kepala Badan Statistik di NBS, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa peningkatan harga konsumen disebabkan oleh berlanjutnya tren pemulihan permintaan konsumsi.
(fad/frg)