Sumber Bloomberg membisikkan pembatasan produksi yang direncanakan akan ditinjau kembali pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan perubahan kondisi pasar.
Rencana ini tampaknya bakal menjadi berita yang tidak diinginkan para pelaku industri karena memberikan tekanan baru pada pabrik-pabrik yang telah menderita karena margin yang rendah dan gangguan produksi tahun lalu.
Sekadar catatan, China merupakan produsen dan konsumen baja terbesar di dunia, tetapi produksinya telah menurun setiap tahun sejak mencapai rekor pada 2020.
The National Development and Reform Commission (NDRC), atau Badan Perencanaan Ekonomi China, tidak menanggapi permintaan komentar dari Bloomberg News.
Pembukaan kembali China pada akhir 2022 telah memberikan harapan bagi para penguasa akan pemulihan ekonomi yang kuat. Namun, permintaan belum meningkat pada skala yang diharapkan. Pekan ini, Mysteel melaporkan perdagangan yang lambat telah mendorong sekitar 11 pabrik di China untuk menurunkan harga baja yang berhubungan dengan konstruksi.
Pabrik-pabrik baja di China telah berjuang selama berbulan-bulan dengan kelebihan pasokan dan kenaikan harga bahan baku seperti bijih besi. Hal ini mendorong kampanye besar-besaran pemerintah untuk menekan biaya-biaya tersebut, karena Beijing ingin memastikan bahwa pabrik-pabrik di China mendapatkan keuntungan dari penguatan ekonomi.
Menurut ekonom Bloomberg Eric Zhu, permintaan kredit yang lebih kuat bulan lalu menjadi tanda stimulus pemerintah bekerja mendorong perbaikan investasi dan pasar perumahan China. Data terbaru juga menunjukkan peningkatan permintaan untuk kredit kepemilikan rumah (KPR). Ini jadi tanda bergeraknya pasar properti, yang notabene pengguna terbesar produk baja di China.
(bbn)