Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk. atau Harita Nickel (NCKL) Roy Arman Arfandy mengatakan biaya untuk memproduksi nikel yang sesuai dengan standar di negara-negara Eropa mahal.
Hal tersebut terjadi karena negara-negara di Eropa, yang sangat menekankan aspek keberlanjutan, tidak hanya fokus pada operasional pertambangan, melainkan seluruh proses hilirisasi nikel tersebut.
“[Standar Eropa] mahal. Kriterianya banyak, ketika kami diaudit itu ada 600 pertanyaan detail, termasuk mengenai sosial, bagaimana interaksi dengan masyarakat setempat, bagaimana meningkatkan taraf sosial,” ujarnya.
Namun, Roy mengatakan NCKL dari awal memang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan atau environmental, social and governance (ESG). Salah satu upayanya adalah mendaftar sertifikasi dengan The Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang bisa memverifikasi keseluruhan proses yang terjadi di tambang.
Roy berharap tahun depan NCKL bisa disertifikasi oleh IRMA, sehingga pembeli khususnya dari negara Barat akan lebih percaya karena bisa melacak sumber bahan bakunya dan apakah apakah pengolahan dilakukan dengan cara yang baik.
“Kami juga bersyukur karena effort-effort kami dalam ESG ini sekarang lebih banyak shipment kami ke daerah Eropa. Beberapa kapal itu sudah mulai jalan ke Eropa karena mereka melihat proses ESG kami cukup proper dan comply dengan aturan yang bahkan mendekati standar internasional,” ujarnya
(dov/ain)