Rupiah akhirnya terseret karena reli tujuh hari terakhir adalah karena antusiasme pemodal asing masuk ke pasar surat utang RI, seiring pelebaran selisih imbal hasil investasi yang disulut oleh potensi penurunan bunga The Fed. Antusiasme itu mulai berbalik dengan kini selisih imbal hasil investasi RI dengan Amerika menyempit lagi jadi 278 bps setelah sebelumnya sempat melebar melebihi 300 bps.
Pemodal asing yang membukukan posisi beli bersih selama enam hari perdagangan di pasar surat utang, pada perdagangan Rabu lalu, kembali melepas surat berharga negara dengan nilai penjualan Rp1,1 triliun, berdasarkan data Kementerian Keuangan 7 Agustus.
Secara teknikal nilai rupiah telah berada di area koreksi Rp15.910-Rp15.950/US$, dengan support terkuat di level Rp15.980/US$.
Sedangkan trendline MA-200 pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp15.850/US$. Target penguatan optimistis lanjutan ada di level Rp15.800/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$, maka masih rupiah berpotensi melemah kembali ke Rp16.000/US$.
Ketakutan resesi melemah
Tadi malam, laporan klaim pengangguran AS angkanya lebih kecil ketimbang prediksi, juga turun dibandingkan data periode sebelumnya. Data itu memperkecil ekspektasi terhadap penurunan bunga The Fed pada September menjadi tinggal 25 bps dari tadinya 50 bps.
Pelaku pasar saham pun jadi lebih optimistis karena klaim pengangguran lebih kecil artinya ada harapan akan softlanding.
Namun, mengecilnya ekspektasi itu mungkin akan merugikan rupiah yang selama ini diuntungkan oleh kenaikan probabilitas penurunan bunga The Fed.
Sinyal terbaru yang dilempar oleh pejabat The Fed juga membuat ekspektasi penurunan bunga acuan jadi mengempis.
Gubernur Federal Reserve Bank of Kansas City Jeffrey Schmid mengisyaratkan dia belum siap untuk mendukung penurunan suku bunga dengan inflasi di atas target dan pasar tenaga kerja masih sehat, meskipun ada sedikit pendinginan.
Dalam pidatonya di Kansas Bankers Association, Schmid mengatakan penurunan inflasi baru-baru ini "menggembirakan". Laporan lebih lanjut tentang tekanan harga yang rendah akan menambah keyakinannya bahwa inflasi berada di jalur menuju target bank sentral sebesar 2%, dan karenanya menurunkan suku bunga. "Kita sudah dekat, tetapi kita masih belum sampai di sana," kata Schmid.
Sementara di bagian lain, Gubernur Federal Reserve Bank of Richmond Tom Barkin mengatakan bank sentral memiliki waktu untuk menilai apakah ekonomi AS mengalami normalisasi atau apakah ekonomi AS melunak, sehingga mengharuskan para pejabat bertindak lebih tegas.
Barkin mengatakan bahwa ia optimis angka inflasi akan "baik" dalam beberapa bulan mendatang dan bahwa pelebaran disinflasi baru-baru ini akan terus berlanjut.
"Saya pikir Anda memiliki waktu dalam ekonomi yang sehat untuk mencari tahu apakah ini adalah ekonomi yang secara perlahan-lahan bergerak ke kondisi normalisasi yang akan memungkinkan Anda dengan cara yang mantap dan disengaja untuk menormalkan tingkat suku bunga," kata Barkin dalam acara virtual yang diselenggarakan National Association for Business Economics. "Atau apakah ini adalah saat di mana Anda benar-benar harus bersandar pada hal tersebut."
(rui)