Hal itu berkelindan dengan penurunan ekspektasi konsumen berpengeluaran lebih dari Rp5 juta terhadap kondisi penghasilan ke depan. Indeks Ekspektasi Penghasilan kelompok ini terkikis 8 poin ke posisi 138,6, terendah dalam tujuh bulan terakhir. Sementara responden dengan pengeluaran di bawah Rp5 juta, kesemuanya mencatat kenaikan ekspektasi penghasilan.
Konsumsi Melemah
Hasil survei juga memuat perkembangan proporsi pengeluaran masyarakat Indonesia pada Juli. Secara umum, konsumen di Indonesia pada Juli mencatat penurunan alokasi pengeluaran untuk konsumsi menjadi 73,8%, terendah sejak Mei. Sedangkan pengeluaran untuk cicilan utang naik jadi 10,7% dan alokasi tabungan turun jadi 15,5%, terendah sejak November 2023.
Melihat lebih dalam ke setiap kelompok pengeluaran, terlihat bahwa penurunan konsumsi terjadi terutama pada kelompok konsumen dengan pengeluaran menengah atas dan atas.
Pada saat yang sama, alokasi pengeluaran untuk utang naik. Hal tersebut ditengarai telah mengikis proporsi pengeluaran untuk tabungan yang pada Juli membukukan penurunan.
Penurunan porsi alokasi terdalam dicatat oleh konsumen dengan pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta. Alokasi pengeluaran untuk konsumsi kelompok ini turun jadi 69,5%. Pada saat yang sama, pengeluaran untuk cicilan utang naik 4,3% menjadi 14,4%. Alhasil, alokasi untuk tabungan pun turun tinggal 16,1%.
Pola serupa juga dicatat oleh konsumen pengeluaran teratas yaitu di atas Rp5 juta. Alokasi pengeluaran untuk konsumsi di kelompok ini juga turun jadi 65,9% dari bulan sebelumnya 67,4%. Bahkan dibanding Juli 2023 yang sebesar 69,3%, penurunannya lebih dalam tahun ini. Sedang alokasi untuk cicilan utang naik jadi 17,8% dan porsi pengeluaran untuk tabungan turun jadi 16,4%.
Kelas menengah dengan pengeluaran Rp3,1 juta-Rp4 juta, menurun pengeluaran konsumsinya 72,9%, terendah dalam tiga bulan terakhir. Pengeluaran cicilan naik jadi 11,7% dan tabungannya terpangkas 0,8% menjadi 15,4%.
Bagaimana dengan kelompok menengah dan ekonomi bawah? Berdasarkan survei yang sama, konsumen dengan pengeluaran terbawah yaitu Rp1 juta-Rp2 juta, pengeluaran konsumsi naik 0,7%, sedang alokasi untuk tabungan dan cicilan utang menurun.
Kelompok konsumen dengan pengeluaran menengah antara Rp2,1 juta-Rp3 juta, konsumsinya juga masih naik diikuti kenaikan pengeluaran cicilan untuk pinjaman. Namun, pada saat yang sama alokasi untuk tabungan kelompok ini turun terdalam dibanding kelompok lain, yaitu hingga 2% jadi 15,5%.
Hasil survei itu sinkron dengan kondisi deflasi tiga bulan beruntun di mana bulan Juli mencatat deflasi terdalam. Deflasi beruntun tiga bulan terakhir terjadi pada masa pandemi Covid-19 mematikan perekonomian. Deflasi yang terjadi terus menerus bisa menjadi sinyal pelemahan ekonomi yang perlu diwaspadai yang bisa menjegal laju pertumbuhan pada kuartal ini.
Pada kuartal II-2024, sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun jadi 54,53% dari sebesar 54,93% pada kuartal sebelumnya, kemungkinan karena efek konsumsi Ramadan-Lebaran sudah 'habis' pada kuartal I-2024.
Namun, angka kuartal II tahun ini masih lebih besar dibanding kuartal II-2023 lalu yang sebesar 53,34%.
Bila penurunan konsumsi terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 bisa terancam mengingat pengeluaran rumah tangga selama ini menjadi pendorong utama perekonomian.
-- update pada posisi Indeks Ekspektasi Konsumen dan perinciannya.
(rui/aji)