Low Tuck Kwong juga memiliki sumber kekayaan dari PT Voksel Electric Tbk (VOKS) dengan memiliki sejumlah saham sebanyak 329.331.640 (7,93%) atau senilai US$ 4,9 juta (Rp 72 miliar).
Adapun kedua saham tersebut jika mencermati pergerakannya sejak awal tahun (year-to-date/ytd) sedang dalam tren positif. Di mana kenaikan saham BYAN tercatat sebesar 2,4% ytd (harga saham per 11 April). Adapun saham VOKS juga melesat mencapai 46% ytd.
Jadi, secara ytd atau sejak awal tahun kekayaan Low Tuck Kwong naik sebesar 3% atau sejumlah US$ 845,6 juta (Rp 12,5 triliun).
Selain dua perusahaan tersebut, sumber kekayaannya juga berasal dari perusahaan energi terbarukan asal Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dengan nama Manhattan Resources, dan juga PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Berdiri bersama Low Tuck Kwong, terdapat nama Budi Hartono di deretan 200 orang terkaya dunia
Budi Hartono sendiri berada di peringkat ke-74 orang terkaya di dunia, dan menjadi orang terkaya ke-2 di Indonesia. Dengan jumlah kekayaan mencapai US$ 22,1 miliar (Rp 326,7 triliun).
Kekayaan Budi Hartono berasal dari bisnis yang dikendalikan melalui perusahaan induk di Indonesia melalui 51% saham pada PT Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk tersebut, Budi Hartono memiliki 29% saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Selain itu, kekayaannya juga berasal dari operator menara telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui PT Sapta Adhikari Investama. Dan juga Budi Hartono merupakan pemilik Grup Djarum.
Budi Hartono juga memiliki saham pada emiten PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), sebuah perusahaan dari platform e-commerce Blibli.
Adapun jika ditelusuri lebih lanjut, aset kekayaan Budi Hartono saat ini ditempatkan pada saham BBCA senilai US$ 21,7 miliar (Rp 320,8 triliun), pada saham BELI senilai US$ 1,4 miliar (Rp 20,7 triliun), selanjutnya pada saham TOWR sejumlah US$ 993,5 juta (Rp 14,7 triliun), dan pada Grup Djarum sejumlah US$ 543,6 juta (Rp 8 triliun).
Berdasarkan data Bloomberg, secara ytd kekayaan Budi Hartono naik mencapai 16% atau mengalami pertumbuhan US$ 3,1 miliar (Rp 45,8 triliun).
Salah satu sumber naiknya angka kekayaan Budi Hartono berasal dari melesatnya harga saham BBCA secara ytd yang menyentuh kenaikan 3,2%. Hal tersebut turut mendorong kenaikan kekayaan yang dimilikinya.
Selanjutnya di posisi ke-3 ditempati oleh saudaranya, yakni Michael Hartono yang juga pemilik Grup Djarum dengan berbagai portofolio bisnis riil aset, seperti Menara BCA, dan Grand Indonesia. Serta merupakan induk perusahaan yang memproduksi sekitar 14% dari seluruh total rokok di Indonesia secara keseluruhan.
Menariknya, Grup Djarum terus melebarkan ekspansinya, termasuk ke sektor digital. Dengan memiliki PT Global Digital Prima Venture yang membawahi saham BELI.
Bersama dengan saudaranya, kekayaan Michael Hartono berasal dari bisnis yang dikendalikan melalui perusahaan induk di Indonesia dengan dipegang melalui 49% saham pada PT Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk, Michael Hartono memiliki 28% saham Bank BCA, yang merupakan bank terbesar di Indonesia dengan nilai aset mencapai Rp 1.314 triliun. Selain itu, juga merupakan pemilik atas operator menara telekomunikasi TOWR melalui PT Sapta Adhikari Investama.
Adapun aset kekayaan Michael Hartono saat ini ditempatkan pada saham BBCA senilai US$ 20,9 miliar (Rp 308,9 triliun), pada saham BELI senilai US$ 1,3 miliar (Rp 19 triliun), selanjutnya pada saham TOWR sejumlah US$ 954,5 juta (Rp 14 triliun), dan pada Grup Djarum sejumlah US$ 543,6 juta (Rp 8 triliun).
Sejak awal tahun kekayaan Michael Hartono naik mencapai 10% atau mengalami pertumbuhan hingga US$ 1,9 miliar (Rp 28 triliun). Senada dengan saudaranya, kenaikan kekayaan ini berasal dari melesatnya harga saham BBCA sebesar 3,2% secara ytd.
(fad/aji)