“Dimana memang justru jika yen cenderung menguat, terlalu menguat, itu pasti akan menghantam dari sektor turis dan juga ekspor mereka. Jadi memang Jepang itu ada tendensi tidak akan terlalu membiarkan Yen terlalu menguat,” papar Faisal.
Di sisi lain, ia juga mengungkapkan penguatan nilai tukar yen bisa berdampak positif bagi perekonomian Indonesia, mengingat negara tersebut merupakan salah satu mitra dagang RI.
Dengan demikian, kata Faisal, saat Yen mengalami penguatan maka membuat barang-barang ekspor Indonesia yang menuju negara tersebut cenderung lebih menguntungkan.
“Seharusnya sih ekspor kita masih bisa akan terbantu ya, pertumbuhannya ke Jepang, sehingga itu masih cukup bisa membantu pemerintah domestik,” ujarnya.
Atas hal tersebut, jika perekonomian Jepang dapat tumbuh positif dan mengalami perbaikan maka Faisal meramal bahwa surplus dagang Indonesia dapat bertahan lebih lama akibat terbantu performa ekspor RI ke Jepang.
“Nilai tukar kita juga, karena memang bisa mempertahankan surplus kita lebih lama,” pungkasnya.
Seperti diketahui, sebelum keluarnya pernyataan dovish BoJ kemarin, para pelaku pasar menyatakan masih akan melanjutkan pelepasan carry trade.
"Kami belum selesai sama sekali. Pemutusan carry trade setidaknya dalam komunitas investasi spekulatif, sudah sekitar 50%-60% selesai," kata Arindam Sandilya, Head of Global Currency Strategist JP Morgan Chaese&Co dalam wawancara di Bloomberg TV, beberapa hari lalu.
Carry trade merupakan tindakan yang mengacu pada peminjaman dana dalam yen Jepang di mana dana itu digunakan untuk membeli aset berimbal hasil lebih tinggi di tempat lain. Aktivitas ini telah lama populer di kalangan investor dunia karena volatilitas yen lebih rendah dan trader memperkirakan suku bunga pinjaman Jepang akan tetap di titik terendah.
(azr/lav)