Logo Bloomberg Technoz

“Kami percaya pada janji web3, tetapi saya mulai melihat sekeliling dan menyadari bahwa tidak ada yang menghasilkan uang di sini, dan saya masih menantang siapa pun untuk menunjukkan kepada saya perusahaan web3 yang menghasilkan uang," kata Andrew Kiguel, CEO perusahaan metaverse yang dulunya dikenal sebagai Token.com. “Janji ini gagal.”

Pelaku metaverse sendiri bahwa mengakui gagal, termasuk web3.

Token.com mengambil taruhan besar pada web3 pada tahun 2021, ketika menghabiskan US$2,5 juta untuk sebidang real estat di Decentraland, metaverse yang saat itu populer dengan model pengunjung menggunakan browser web untuk mengakses ruang virtual.

Sesampainya di sana, pengunjung dapat melakukan aktivitas seperti bermain kartu poker atau menghadiri peragaan busana. Kiguel membandingkan pembelian tanah metaverse pada saat itu dengan membeli real estat di kota yang sedang berkembang. Tokens.com berencana untuk mengembangkan dan menyewakan beberapa portofolionya kepada penyewa, kala itu.

Paket properti digital pada platform semacam itu pada dasarnya adalah token yang dapat diperdagangkan dan nonfungible (NFT). Seperti aset kripto lainnya, nilainya naik turun sebagai respons atas permintaan.

Ilustrasi perdagangan NFT dan memecoin pada jaringan Blockchain Bitcoin. (dok Bloomberg)

Saat serangkaian skandal mengguncang industri kripto pada tahun 2022, Decentraland ikut terpukul bersama dengan pasar lainnya. Platform yang dimiliki oleh komunitas ini telah kehilangan sekitar 90% dari basis penggunanya, menurut situs data Decentraland Metrics. Nilai propertinya telah turun sekitar 95%, menurut data dari perusahaan informasi blockchain DappRadar.

Mana, sebuah mata uang kripto Decentraland, sekarang diperdagangkan dengan harga kurang dari 30 sen dibandingkan harga tertinggi lebih dari US$5 pada akhir tahun 2021. Perwakilan dari Decentraland tidak menanggapi permintaan komentar.

Apalagi perusahaan-perusahaan besar yang berusaha menciptakan versi metaverse terpusat sendiri pun mengalami kesulitan. Meta Platforms Inc Reality Labs baru-baru ini melaporkan kerugian kuartalan sebesar hampir US$4,5 miliar, menggarisbawahi kesulitan yang bahkan dihadapi oleh Mark Zuckerberg dalam meraup untung dari eksistensi digital.

Properti digital tidak laku di pasar usai hype di awal.

Portofolio real estat virtual Tokens.com kehilangan 80% dari nilainya, menurut Kiguel. Perusahaan ini kemudian membuang metaverse, berusaha secara resmi mengubah namanya menjadi Realbotix dan mulai mengembangkan robot humanoid silikon yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) pasca membeli Simulacra, pembuat boneka seks.

Sebuah bisnis yang bertujuan untuk menawarkan pinjaman properti Metaverse juga mengalami keruntuhan. Pada awal 2022, TerraZero Technologies Inc telah menyelesaikan apa yang dikatakannya sebagai salah satu hipotek metaverse pertama yang pernah ada. Saat ini terdapat rencana untuk meningkatkan akses ke properti digital setelah lonjakan harga yang menekan calon pembeli.

Perusahaan ini memberikan pinjaman untuk sebuah properti senilai US$40.000, dengan uang muka 25%. Perusahaan telah menolak setiap aplikasi pinjaman sejak saat itu, kata Dan Reitzik, CEO perusahaan, dalam sebuah wawancara.

Semua pemohon KPR hanya berspekulasi tentang harga tanah, dan tidak ada yang berencana untuk membangun apa pun, terang dia.

Dan ketika nilai tanah jatuh, hipotek pertama dan satu-satunya itu dikembalikan dengan biaya.

Kripto dan NFT masih terlalu rumit untuk orang kebanyakan, menurut Reitzik. “Konsumen belum siap untuk itu. Banyak  merek tidak siap untuk itu.”

Metaverse yang menggunakan mata uang fiat jauh lebih mungkin untuk menarik masyarakat umum dan bisnis, kata Reitzik.

Metaverse tak mampu kembali ke posisi terbaik saat kripto reli.

James Casey, profesor desain game komputer di George Mason University, memiliki pendapat yang sama. Dia percaya bahwa mata uang fiat dan aset terpusat diperlukan agar metaverse berhasil dalam waktu dekat.

Sebelum memasuki dunia akademis, Casey menghabiskan lebih dari 12 tahun sebagai pengembang video game, menciptakan game online multipemain secara masif, semacam pendahulu dari ekspresi metaverse saat ini.

Game-game ini sering kali memiliki avatar yang dapat disesuaikan, dunia yang luas, dan pasar dalam game di mana para pemain dapat - dengan uang sungguhan - membeli, menjual, dan memperdagangkan item virtual.

“Blockchain adalah teknologi yang hebat, tetapi perusahaan game ingin memiliki database mereka sendiri. Ketika Anda memiliki taman bermain virtual di mana Anda dapat melakukan apa saja, orang masih ingin memiliki barang, memiliki dunia virtual. Mereka melihatnya sebagai batas baru kepemilikan.”

(bbn)

No more pages