Logo Bloomberg Technoz

Ekonom JPMorgan sekarang melihat peluang 35% bahwa ekonomi Amerika Serikat akan mengalami resesi jelang tutup tahun ini, melonjak dari sebelumnya 25% pada awal bulan lalu.

Tim JPMorgan Chase & Co juga mempertahankan peluang resesi pada paruh kedua tahun 2025 mencapai 45%. “Peningkatan sederhana dalam penilaian kami terhadap risiko resesi ini kontras dengan penilaian ulang yang lebih substansial yang kami lakukan terhadap prospek suku bunga,” tulis Kasman dan rekan-rekannya.

“Saham-saham masih rentan,” kata Fawad Razaqzada di City Index dan Forex.com.

“Lebih banyak bukti dasar diperlukan untuk menggairahkan kenaikan lagi. Secara keseluruhan, sentimen masih tetap berhati-hati. Tidak banyak orang yang percaya diri untuk membeli penurunan terbaru ini, terutama dengan Inflasi AS yang akan dirilis minggu depan,” jelasnya.

Sentimen diperberat oleh lelang Departemen Keuangan AS yang lemah memberikan pukulan baru pada sentimen di Wall Street, yang melemah nyaris 1% semalam.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, hasil lelang ini “Konsisten dengan pandangan kami bahwa kita akan mengalami koreksi lanjutan yang lebih tinggi dalam imbal hasil dalam waktu dekat,” kata Zachary Griffiths, Kepala Strategi Investasi dan Makro AS di Creditsights.

Para pelaku pasar saat ini menanti dengan cermati rilis data terbaru Klaim Pengangguran AS sebelum pekan depan menghadapi laporan inflasi Harga Konsumen dan juga Produsen dari Negeri Adidaya itu.

Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, index saham di Asia mencatatkan kenaikan yang cukup terbatas di tengah masih rapuhnya sentimen pasar akibat prospek perlambatan ekonomi global.

“Kenaikan Nikkei 225 didorong oleh komentar dari Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) Shinichi Uchida yang mengatakan bahwa BOJ tidak akan menaikkan suku bunga ketika pasar berada dalam kondisi tidak stabil. Komentar ini memicu optimisme bahwa suku bunga di Jepang tidak akan naik setajam yang sebelumnya diramalkan oleh BOJ,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Seperti diketahui, BOJ minggu lalu menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25% dari sebelumnya di kisaran 0% - 0,1% dan berjanji akan melanjutkan kenaikan suku bunga di sisa tahun ini.

Yuan China. (Dok: Bloomberg)

Dengan itu, pelonggaran global carry trade yang dipicu oleh sikap BOJ yang secara mengejutkan lebih hawkish minggu lalu, yang pada gilirannya memperkuat yen secara signifikan, telah mereda secara signifikan, menurut Quincy Krosby dari LPL Financial.

Pergerakan ini diperparah oleh pandangan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga secara lebih agresif, mendorong para trader untuk dengan cepat melepas carry trade yang dulunya sangat populer dalam mata uang yen.

Sementara itu, dari dalam negeri, posisi Cadangan Devisa Indonesia pada Juli tercatat sebesar US$145,4 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 140,2 miliar pada Juni kemarin.

Kenaikan posisi Cadangan Devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global Pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Posisi Cadangan Devisa pada Juli 2024 selaras dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Ke depan, lanjut keterangan tersebut, BI memandang Cadangan Devisa tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal.

Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,16% ke 7.212 dan masih didominasi oleh volume pembelian.

“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sudah berada di akhir wave [b] dari wave 2, sehingga penguatannya sudah relatif terbatas dan rawan berbalik terkoreksi untuk membentuk awal wave [c] dari wave 2,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (7/8/2024).

Herditya juga memberikan catatan, cermati area 6.949-7.026 sebagai area koreksi berikutnya.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BREN, INKP, MEDC, dan UNTR.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, rebound lanjutan IHSG di Rabu (7/8) memvalidasi indikasi minor Bullish Reversal dari golden cross pada Stochastic RSI.

Dengan demikian, IHSG diperkirakan lanjutkan penguatan ke kisaran 7.230-7.250 di Kamis (8/8).

“Cadangan Devisa Indonesia secara mengejutkan mencatatkan kenaikan ke US$145,4 miliar di Juli 2024, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor, jauh di atas rasio kecukupan internasional di 3 bulan impor,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi CPIN, ERAA, TLKM, INKP, dan SMRA.

(fad)

No more pages