Di sisi lain, arus barang pada 2022 mencapai 160 juta ton atau naik 9% secara year on year (yoy), arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat 1% yoy, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86% yoy.
Efisiensi pascamerger juga terlihat dari kenaikan produktivitas bongkar muat yang diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH), serta pengurangan waktu sandar kapal di pelabuhan (port stay) yang diukur dengan jumlah hari.
Arif mencontohkan di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum sejak merger dilakukan.
“Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari,” ujarnya.
Adapun, peningkatan kinerja terbaik ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon, di mana kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas menjadi dua bahkan satu hari.
Target 2023
Untuk 2023, Arif menjabarkan Pelindo memiliki beberapa fokus utama salah satunya melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Fokus lain perusahaan pada tahun ini adalah melakukan ekspansi bisnis melalui kemitraan strategis dan pemain global, serta penataan bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kompetensi masing-masing unit bisnis.
"Lalu, penyelesaian proyek strategis untuk mendukung pembangunan nasional seperti Bali Maritime Tourism Hub (BMTH), Kawasan Pendukung Pelabuhan Kijing, Makassar New Port, dan New Priok Eastern Access," terangnya.
Arif menambahkan, dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo Group kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standardisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antarpelabuhan.
Beberapa sistem yang distandardisasi adalah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non peti kemas dan Phinisi untuk layanan kapal.
(wdh)