Namun ke depan, prospek harga batu bara sepertinya masih cerah. Sebab, harga batu bara akan terangkat seiring kenaikan harga gas alam.
Kemarin, harga gas TTF Belanda dan di Inggris melonjak masing-masing 5,89% dan 5,82%. Dalam seminggu terakhir, harga melesat 7,98% dan 9,36%.
Saat harga gas alam makin mahal, maka keuntungan menggunakan batu bara akan bertambah. Permintaan akan naik, harga pun berpotensi terungkit.
Harga gas Eropa melonjak menyusul laporan bahwa pasukan Ukraina merebut titik transit gas utama di dekat perbatasan Rusia. Blog militer Rusia yang tidak resmi, Rybar, mengatakan pasukan Ukraina merebut titik pemasukan gas di dekat kota Sudzha. Klaim tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Gazprom PJSC yang dikendalikan negara Rusia menolak berkomentar, begitu pula kementerian pertahanan Ukraina dan staf umum angkatan bersenjata.
Stasiun Sudzha merupakan bagian dari jaringan pipa terakhir yang membawa gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina. Meskipun Eropa telah berupaya untuk menghentikan pasokan gas Rusia sejak perang, potensi pemotongan pasokan tetap akan menjadi kejutan, yang akan menaikkan harga bagi konsumen dan industri.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih setia di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 76,42.
RSI di atas 50 memang mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI di 70 juga menjadi sinyal jenuh beli (overbought).
Kondisi overbought makin nyata jika melihat indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh angka 100. Sudah paling tinggi, sangat jenuh beli.
Dengan demikian, harga batu bara masih bisa turun lagi. Cermati pivot point di US$ 140/ton. Sebab apabila tertembus, maka target support US$ 139-135/ton akan terkonfirmasi.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 148/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga si batu hitam melesat ke arah US$ 154/ton.
(aji)