“Narasinya keberlanjutan tapi kita lihat ada program-program pemerintahan akan datang beri perubahan ke struktur ekonomi kita. Terutama postur fiskal, 2025 fokusnya akan kemana. Ini bukan berarti berita buruk bukan berarti berita positif juga, sampai belum ada kejelasan investor cenderung wait and see,” ungkapnya.
Sementara dari sisi global, ia mewaspadai proses pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung di AS. Pasalnya, terdapat survei yang menyatakan calon presiden Donald Trump merupakan capres unggulan dalam pemilu kali ini.
Sebab, narasi yang diusung oleh Trump mengisyaratkan bahwa dirinya akan menaikan tarif impor barang terutama yang berasal dari China, seperti yang pernah dilakukan olehnya pada 2018-2019 yang lalu.
“Ini ada spillovernya ke Indonesia, ekspor Indonesia ke China turun. Ini kenapa ke trade balance bisa tertekan akan hal ini,” katanya.
Pada pemberitaan sebelumnya, Rangga memperkirakan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga acuan pada semester II-2024. Pemotongan diproyeksi berlangsung dua kali, masing-masing sebanyak 25 basis poin (bps).
Rangga menjelaskan ada tanda-tanda pelemahan ekonomi di AS yang searah dengan ekspektasi pasar bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September mendatang.
“Nah dari masyarakat memang kita melihat fat at least mungkin ya di second semester bisa cut sebanyak 2 kali, 25bps. Tapi memang melihat perkembangan terakhir risikonya adalah untuk Fed cut lebih banyak dan lebih cepat, itu dari sisi Fed ya,” kata Rangga.
(azr/lav)