“Ke depan memang sudah semakin banyak tanda-tanda ada perlambatan di AS sehingga harusnya arah suku bunga bisa turun di semester II,” ujar Rangga.
Meski demikian, ia juga menyatakan bahwa pemangkasan Fed Fund Rate masih akan dibayangi oleh pergantian pemimpin yang sedang berlangsung di AS. Pasalnya, pemilu AS dijadwalkan berlangsung pada November mendatang.
Apabila pergantian kepemimpinan tersebut membuat adanya perubahan kebijakan, maka terdapat peluang pemerintah baru tersebut akan menggelontorkan stimulus fiskal yang cukup besar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
“Ini menjadi penting karena salah satu sumber pertumbuhan ekonomi AS adalah stimulus yang masih besar, kalau kandidat yang menang di AS akan mempertahankan stimulus fiskal yang agresif ini momentum pertumbuhan ekonomi di AS akan tetap tinggi,” pungkas Rangga.
Seperti diketahui, hasil pertemuan FOMC The Fed yang diumumkan dini hari tadi memastikan bunga The Fed Juli dipertahankan di 5,5%, sesuai prediksi pasar.
Namun, yang memicu euforia hebat di pasar adalah pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam taklimat media 30 menit setelah keputusan FOMC diumumkan.
Melansir Bloomberg News, Powell menyatakan bahwa penurunan tingkat bunga acuan bisa terjadi paling cepat pada September nanti. The Fed akan menggelar FOMC pada 18 September nanti, sekitar 7 minggu dari sekarang.
“Pertanyaannya adalah apakah keseluruhan data, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko konsisten dengan meningkatnya keyakinan terhadap inflasi dan mempertahankan pasar tenaga kerja yang solid,” kata Powell kepada wartawan, Rabu (31/07/2024).
“Jika ujian itu terpenuhi, pengurangan suku bunga kebijakan kami bisa saja dibahas pada pertemuan berikutnya di bulan September.”
(azr/lav)