Ekspor mulai berkontraksi sejak akhir 2022 di mana permintaan dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan negara lainnya kehilangan momentum.
"Perdagangan luar negeri China pada kuartal pertama menunjukkan ketahanan yang relatif kuat dan memulai tahun ini dengan stabil dengan tanda-tanda perbaikan," kata Lyu Daliang, juru bicara kantor bea cukai China kepada wartawan di Beijing.
Namun, ia menambahkan kesulitan dan tantangan tetap ada karena inflasi global yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, meningkatnya proteksionisme, dan risiko geopolitik.
Rebound ekspor China ini merupakan kejutan karena indikator awal bulan ini tampak menunjukkan bahwa pelemahan akan terus berlanjut. Ekspor Korea Selatan, penentu arah perdagangan global, anjlok di bulan Maret.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan pekan lalu bahwa perdagangan global akan merosot di bawah tren pertumbuhan historis tahun ini, mencapai 1,7% di tengah ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi termasuk inflasi, invasi Rusia ke Ukraina, pengetatan kebijakan moneter, dan ketidakpastian pasar keuangan.
Dalam yuan, ekspor China naik sekitar 23% di bulan Maret dari tahun lalu dan naik dari 5,2% di bulan sebelumnuya, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data resmi negara tersebut. Sementara impor meningkat sekitar 6,3% di bulan Maret setelah naik 11,1% di bulan Februari.
--Dengan asistensi Fran Wang dan Wenjin Lv.
(bbn)