Bloomberg Technoz, Jakarta - Bitcoin menapaki jalur bullish kembali usai hura-hura di pasar ekuitas dunia, yang menjalar hingga industri kripto pada hari Senin (5/7/2024) kemudian dilabeli sebagai ‘Black Monday’.
Koin kripto paling berharga di dunia ini melanjutkan tren bullish harian, 3,3% setelah terjadi pembalikan arah pada Selasa kemarin. Hingga pukul 12.37 waktu Indonesia Bitcoin bertengger di level US$57.242,13. Meski kembali ke laju perdagangan Rp927,32 juta per Bitcoin, aset kripto ini masih lebih rendah 13,1% dibandingkan posisi minggu lalu.
Usai mendarat ke posisi harian terendahnya sejak bulan Februari di US$49.904 kemarin lusa, Bitcoin bullish 3,9% ke US$56.500 dini hari tadi. Namun beberapa analis menyebutkan sebagai pemulihan yang parsial.
Rich Rosenblum, co-chief executive officer dan co–founder GSR Markets percaya Bitcoin dalam menguat kembali hingga US$70.000, namun rollercoaster masih mungkin terjadi.
Hal ini dikuatkan dengan pendapat Sean McNulty, direktur perdagangan di Arbelos Markets, menyatakan pasar kripto yang siuman merupakan awal dari proses deleveraging yang lebih besar.
Ia mengingatkan bahwa pasar masih menanti dua faktor penentu arah Bitcoin dalam jangka panjang: kepastian makro ekonomi dan penyelesaian konflik Timur Tengah.
CEO FRNT Financial Stephane Ouellette menerangkan bahwa volatilitas Bitcoin masih akan terjadi dalam jangka pendek efek peristiwa global yang merugikan. Ouellette mengutip krisis geopolitik baru-baru ini yang telah memicu aksi jual yang intens tahun ini serta jatuhnya pandemi pada tahun 2020.
“Bagi pedagang yang mencari dana tunai cepat semalam, BTC akan menjadi pilihan yang sangat menarik," tulisnya dalam catatan hari Senin, dilansir dari Bloomberg News.
Meski begitu “lingkungan saat ini mendukung tesis inti aset tersebut. Bagi mereka yang percaya bahwa kebijakan moneter telah salah kelola sejak krisis keuangan, ini adalah jenis skenario yang mereka bayangkan saat berinvestasi di BTC.”
Di tengah kehati–hatian pasar, Zach Pandl, kepala penelitian di Grayscale berpandangan bahwa Bitcoin akan menjanjikan bullish dalam rentang jangka panjang. Alasannya adalah ketidakdisiplinan kebijakan moneter dan fiskal saat ini.
Total nilai kapitalisasi pasar Bitcoin kembali angka lebih dari US$1,12 triliun, terungkit sekitar US$50 miliar dibandingkan masa-masa volatilitas pasar Senin saat trader gelisah akan ancaman resesi ekonomi dunia dan fenomena Yen Carry Trade.
Total keseluruhan aset kripto (fully diluted value) di tengah pekan ini berada di posisi US$1,2 triliun, dibandingkan Senin catatan FDV Senin US$1,13 triliun.
(wep)