Logo Bloomberg Technoz

Kendati demikian, proyeksi tersebut masih lebih rendah dari angka target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia yakni sebesar 5,3%.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut sejumlah lembaga keuangan internasional (Sumber: Bloomberg)

Sekalipun prospek pertumbuhan versi IMF, Bank Dunia, dan ADB tahun ini direvisi ke atas, OECD melihat ekonomi Indonesia pada tahun ini akan tumbuh melambat dari tahun lalu yang melesat 5,31%.

Kendati demikian, proyeksi tersebut masih lebih rendah dari angka target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia yakni sebesar 5,3%. Angka itu hampir sama dengan capaian 2022, yaitu sebesar 5,31%.

Mengapa Indonesia Dinilai Positif?

Tingkat inflasi global yang tinggi dan tidak kunjung menjinak akibat pasar tenaga kerja yang ketat, dan gejolak perbankan global baru-baru ini telah menghilangkan tanda-tanda pemulihan ekonomi global yang melandai pada tahun ini.

Sejumlah bank sentral saat ini dihadapkan pada dilema apakah akan terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi dan menahan risiko efek domino dari sektor perbankan dunia. Meningkatnya tensi geopolitik juga telah membebani prospek ekonomi global 2023.

Namun Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai perekonomian Indonesia tetap tangguh di 2023 meskipun pertumbuhan global lesu. Kegiatan ekspor dunia memang terlihat melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global, terutama di AS dan Eropa, namun pembukaan kembali ekonomi China dapat memberikan Indonesia secercah harapan.

"Dengan kondisi perekonomian global yang kurang kondusif tersebut, kami perkirakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 kemungkinan besar akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik," katanya.

Laju konsumsi rumah tangga Indonesia diperkirakan akan meningkat, ditopang oleh inflasi yang menurun berkat keberhasilan pemerintah menjaga pasokan dan harga pangan. Pencabutan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun lalu juga meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat.

Pengeluaran pemerintah yang mengalami kontraksi tahun lalu akibat penurunan pengeluaran untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional karena situasi COVID-19 yang semakin terkendali, diperkirakan akan kembali mencatatkan pertumbuhan pada tahun ini. 

Konsolidasi fiskal atau kembalinya defisit fiskal menjadi di bawah 3% dari PDB lebih cepat dari yang direncanakan diperkirakan juga akan memberikan ruang bagi pemerintah untuk kembali ke kebijakan pro-pertumbuhan, termasuk persiapan Pemilu 2024.

Bank Indonesia sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan bias ke atas di rentang target 4,5%-5,3%. Pertumbuhan yang masih kuat itu ditopang peningkatan permintaan domestik serta ekspor yang masih moncer.

Proyeksi BI itu lebih baik dari sebelumnya diperkirakan akan tumbuh di titik tengah 4,5%-5-3%. Hal ini sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang juga diperkirakan lebih baik dari perkiraan sebelumnya menjadi 2,6%.

(evs/aji)

No more pages