Logo Bloomberg Technoz

"Jadi walaupun AS resesi, tapi ekonomi [mereka] masih ekonomi yang terbesar ya. Jadi kita juga lihat itu sebagai satu peluang yang harus kita optimalkan selain negara-negara yang memang pertumbuhan ekonomi lagi bagus ya, misalnya seperti India," jelasnya. 

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan bahwa meningkatnya potensi resesi AS membuat imbal hasil (yield) surat utang AS atau bunga US Treasury menurun cukup tajam.

Hal tersebut dapat terjadi akibat Bank Sentral AS atau The Fed harus memangkas suku bunga acuannya akibat perekonomian negara itu melambat.

"Suku bunga 10 tahunnya US itu sudah turun cukup tajam, itu sekarang di sekitar 3,7% dan turunnya cukup tajam dalam beberapa hari ini. Nah itu akan terlihat nanti dan sudah mulai kelihatan di suku bunga SBN rupiah kita kemarin itu sudah turun ke 6,77%," ujar Febrio saat ditemui awak media di Kemenkeu, Selasa (6/8/2024).

Dengan begitu, ia menilai bahwa dinamika perekonomian AS tersebut justru berdampak positif bagi ekonomi Indonesia.

Namun, Febrio menegaskan bahwa pihaknya tetap memantau perkembangan perekonomian AS untuk memastikan bahwa pergerakannya sesuai seperti ekspektasi.

Beberapa ekonom mulai mengeluarkan kewaspadaan terhadap potensi resesi di AS. Ekonom Goldman Sachs Group meningkatkan kemungkinan resesi AS tahun depan menjadi 25% dari sebelumnya 15%.

Namun, mereka mengatakan ada beberapa alasan untuk tidak terlalu khawatir tentang penurunan ekonomi bahkan setelah tingkat pengangguran naik. "Kami terus melihat risiko resesi terbatas," kata ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius dalam sebuah laporan kepada klien pada Minggu (04/08/2024).

Ekonomi terlihat "baik-baik saja secara keseluruhan." Tidak ada ketidakseimbangan keuangan yang besar, dan bank sentral AS memiliki ruang yang cukup untuk memangkas suku bunga dan dapat melakukannya dengan cepat jika diperlukan, kata mereka.

Bahkan, JPMorgan dan Citigroup merevisi prediksi pemangkasan bunga The Fed pada September dari sebesar 25 bps menjadi 50 bps.

(wep)

No more pages