Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para trader juga mengesampingkan ekspektasi pemotongan suku bunga darurat segera setelah ini, telah dikesampingkan oleh pasar uang.

“The Fed mengkhawatirkan risiko sistemik di pasar keuangan, bukan kekecewaan para investor," kata David Donabedian di CIBC Private Wealth US.

“Oleh karena itu, The Fed tidak mungkin mengubah arah tindakannya karena koreksi pasar saham. Apakah kita sedang menuju resesi dalam waktu dekat, atau apakah pasar bereaksi secara berlebihan? Kami percaya pertumbuhan yang lebih lambat sedang terjadi, bukan resesi,” jelasnya.

Menggarisbawahi kegelisahan pasar secara luas, para trader bergegas mengasuransikan portofolio mereka terhadap turbulensi hebat pasar. Dan “Pengukur rasa takut” Wall Street, yaitu index VIX, tetap berada di atas 30, level yang hanya ditembus dua kali pada penutupan dalam dua tahun.

Wall Street (Dok: Bloomberg)

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, aksi jual di pasar saham global dipicu oleh data Non-Farm Payrolls (NFP) AS yang memperlihatkan jumlah penambahan pekerja lebih sedikit dari ekspektasi, sementara data ISM Manufacturing Index memperlihatkan pelemahan lebih lanjut pada sektor manufaktur AS.

Akibatnya, sejumlah trader sampai dengan pada kesimpulan bahwa Federal Reserve menahan suku bunga acuan di tingkat tertinggi dalam lebih dari dua dekade untuk waktu yang terlalu lama, sehingga membangkitkan risiko terjadinya resesi ekonomi.

“Sejumlah analis merujuk pada Sahm Rule yang mengatakan bahwa sebuah ekonomi berada pada tahap awal resesi jika rata-rata pengangguran tiga bulan mencapai 0,5% di atas level terendah selama 12 bulan sebelumnya,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Lebih lanjut, ketidakpastian pasar juga datang dari ketegangan antara kelompok yang didukung Iran dengan Israel terus meningkat dalam dua minggu.

Kelompok Hizbullah dan militer Israel terlibat tembak menembak pada Selasa (6/8/2024) mengutip Bloomberg News.

Wali Kota Nahariya di wilayah Galilea mengatakan sejumlah roket ditembakkan ke wilayah udara Israel dari arah Lebanon. Militer Israel mengatakan sejumlah warga sipil luka-luka akibat tembakan tersebut. 

Hizbullah mengatakan menerbangkan sejumlah drone ke fasilitas militer sebagai balasan atas serangan Israel yang menyasar bangunan milik kelompok itu di Lebanon pada Senin (5/8/2024).

Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia akan merilis data terbaru terhadap posisi Cadangan Devisa pada Juli setelah sebelumnya mencatat kenaikan pada bulan sebelumnya ke level US$140,2 miliar.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,99% ke 7.129 disertai dengan munculnya volume pembelian.

“Namun penguatannya tertahan oleh cluster MA-60 dan MA-200. Saat ini, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave 2,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (7/8/2024).

Herditya juga memberikan catatan, sehingga penguatan IHSG diperkirakan akan berlangsung dalam jangka pendek dan akan menguji ke 7.176-7.218 sebagai target berikutnya. Waspadai akan koreksi dari IHSG yang akan menguji rentang 6.949-7.026.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AUTO, BRPT, DSNG, dan ULTJ.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, pasar mengantisipasi rilis Cadangan Devisa 31 Juli 2024. Cadangan Devisa diperkirakan mengalami penurunan sejalan dengan upaya Pemerintah menjaga stabiitas nilai Tukar Rupiah di Juli 2024. Akan tetapi, diyakini masih jauh di atas batas kecukupan internasional di 3 bulan impor.

“IHSG bergerak sesuai perkiraan dengan coba uji level 7.100-7.120 di Selasa (6/8). IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke 7150-7180 di Rabu (7/8),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi JSMR, EXCL, ISAT, BRIS, dan BBTN.

(fad)

No more pages