Erica Yokoyama - Bloomberg News
Bloomberg, Jepang masuk ke pasar valuta asing dua kali antara April dan Juni, menurut laporan mengenai rekor intervensi pemerintah di awal tahun ini.
Kementerian Keuangan melakukan intervensi mata uang pada 29 April dan 1 Mei, seperti yang dirinci dalam laporan operasional harian yang dirilis Rabu untuk kuartal yang berakhir Juni. Setara dengan ¥5,9 triliun (sekira Rp657,29 triliun) dan ¥3,9 triliun (Rp434,48 triliun)dihabiskan pada hari-hari tersebut untuk menopang yen, yang telah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Laporan Rabu (7/8/2024) mengonfirmasi bahwa tidak ada operasi tambahan yang dilakukan di luar dua tanggal tersebut. Pengamatan Bloomberg sebelumnya menunjukkan bahwa pemerintah menjual Treasury dan sekuritas asing lainnya untuk mendanai intervensi ini.

Meskipun pengeluarannya mencapai rekor, dampak dari intervensi dua kali ini sebagian besar terlihat hanya berlangsung singkat dan tidak membalikkan dinamika pasar. Namun, tindakan pemerintah telah membantu mencegah beberapa spekulan untuk bertaruh besar terhadap mata uang untuk sementara waktu karena kekhawatiran akan tindakan lebih lanjut.
Menyusul intervensi April-Mei, Tokyo melakukan operasi lanjutan untuk memperkuat yen bulan lalu, menghabiskan jumlah yang setara dengan ¥5,5 triliun. Kementerian diperkirakan akan merilis sebuah rincian yang mencakup operasi-operasi terakhir di akhir tahun ini, biasanya di November.
Upaya-upaya pihak berwenang Jepang untuk melawan pelemahan mata uangnya sepertinya akan segera berakhir, dengan yen yang menguat tajam di tengah-tengah penyempitan selisih suku bunga.
Bank of Japan (BoJ) minggu lalu mengumumkan kenaikan suku bunga menjadi 0,25% dari kisaran 0% hingga 0,1%, bersamaan dengan langkah pengetatan kuantitatif dengan mengurangi separuh pembelian obligasi.
Sementara itu, ada spekulasi bahwa penurunan suku bunga Federal Reserve berikutnya akan lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya menyusul gejolak pasar minggu ini.
(bbn)