“Untuk bisa beroperasi tahun ini, menjadi sangat penting bagi HIN mendapat pendanaan dari PMN,” ujarnya.
Keuangan Kurang Sehat
Lebih lanjut Kartika menjelaskan pihaknya sedang mereposisi model bisnis ITDC yang berupa pengembangan kawasan yang bersumber dari sewa kawasan sehingga cashflow terbatas, namun memiliki aset besar.
“Sebelum Covid, harapan kita itu cashflow yang masuk dari Nusa Dua bisa menjadi bridging untuk masuk sampai Mandalika take off tapi karena pandemi dan pendapatannya drop sehingga negatif cash flow dan tidak ada income,” jelasnya.
Kartika mengungkapkan pihaknya sedang menghitung dan mengatur ulang neraca keuangan perusahaan dengan memperhitungkan dampak pandemi dan penurunan cashflow yang dialami.
“Makanya perlu PMN untuk mereset lagi itu dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban terkait pembangunan,” kaya Kartika.
Sementara itu, Ia menilai model bisnis HIN lebih mapan dibandingkan terlebih karena perusahaan tersebut sudah menjalankan operasional hotel-hotel Hotel Indonesia Group dan memperoleh respon positif.
Selain itu, Kartika juga mengungkapkan pembangunan rumah sakit kerjasama antara PT Pertamina Bina Media Indonesia Indonesia Healthcare Corporation (Pertamedika IHC) dan Mayo Clinic di KEK Sanur sudah dimulai.
“Memang fokusnya (KEK Sanur) di kesehatan dan corenya nanti di rumah sakit kerja sama antara (Pertamedika) IHC dan Mayo. IHC sudah dapat sertifikasi untuk jadi bagian dari Mayo Network International dan itu bagian dari stepping stone. Jadi, sekarang kita datang sebagai Mayo Network dulu dan ini sudah mulai bangun rumah sakitnya,” jelasnya.
Ia menambahkan ekosistem kesehatan di KEK Sanur juga mulai terbentuk dengan masuknya sejumlah pihak untuk bermitra sebagai klinik di sekitar wilayah tersebut.
“Kita harap ekosistemnya semakin melebar karena kita punya hotel Grand Inna Bali Beach yang kita akan renovasi dan akan menjadi flagship dari InJourney. Convention center juga jadi ekosistem tambahan supaya bukan hanya (ada) traffic dari kesehatan tapi juga dari MICE,” ungkap Kartika.
(tar/dhf)