Logo Bloomberg Technoz

Kala itu, Paxlovid diklaim mampu mengurangi rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi sebesar 89%. Sentimen ini membuat saham Pfizer melonjak.

Amit Dagar telah meminta hukuman percobaan atau kurungan rumah.

Jaksa penuntut mengatakan, Amit Dagar adalah seorang ahli statistik senior. Disebutkan jika Dagar telah mendapat informasi terkait Paxlovid sebelum obat ini diumumkan kepada publik.

Sebelum rilis soal Paxlovid dilakukan, ia membeli opsi pada saham Pfizer. Dagar juga memberitahukan informasi ini kepada temannya yang kemudian melakukan langkah serupa.

Teman tersebut kemudian memberikan informasi yang sama kepada kolega lain. Teman Amit Dagar tersebut mengaku bersalah pada Oktober atas tuduhan fraud dan dijatuhi hukuman percobaan selamatiga tahun.

Hakim awalnya berencana menghukum Dagar satu tahun hingga 18 bulan kurungan. Namun, hakim memberikan hukuman lebih rendah mengingat Dagar tidak memiliki catatan kriminal serta dengan pertimbangan jika Dagar merupakan kepala keluarga.

Di sisi lain, jika Amit Dagar diberi hukuman lebih lama akan membuka risiko deportasi ke negara asalnya, India. Hakim juga memerintahkan Dagar untuk membayar ganti rugi hampir US$273.000.

Patrick Smith, pengacara Dagar, berpendapat bahwa Dagar hanya membuat keputusan investasinya secara spontan dan tidak meminta informasi oranf dalam atau bahkan mengajukan pertanyaan lanjutan terkait Paxlovid.

"Saya mohon hakim untuk memberikan orang ini kesempatan untuk tinggal di sini bersama keluarganya," kata Smith.

Dagar yang menangis meminta hakim untuk tidak menghukum istri dan putrinya yang berusia empat tahun atas kesalahannya, dengan mengatakan dia berada di sana untuk mereka dan bahwa tidak ada hal lain yang lebih penting.

"Saya hanya dipenuhi dengan penyesalan," kata Dagar. "Saya telah kehilangan segalanya."

(bbn)

No more pages