Logo Bloomberg Technoz

Pemerintah Diminta Tak Kembali Buka Keran Smelter RKEF 

Dovana Hasiana
06 August 2024 20:50

Bola-bola nikel./Bloomberg-Cole Burston
Bola-bola nikel./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta - Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) meminta pemerintah untuk tidak pernah kembali membuka kesempatan dalam menambah smelter pirometalurgi dengan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF), menyusul cadangan yang makin menipis. 

Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan jumlah smelter RKEF yang beroperasi di Indonesia saat ini berjumlah 49 smelter dan membutuhkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite) sebesar 240,1 juta ton. 

Mengutip data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Meidy mengatakan, terdapat smelter RKEF yang dalam tahap konstruksi dan direncanakan masing-masing sebanyak 35 smelter dan 36 smelter. Dengan demikian, jumlah smelter RKEF di Indonesia akan bertambah menjadi 120 smelter dan membutuhkan bijih nikel saprolite sebanyak 584,9 juta ton. 

Meidy memaparkan, berdasarkan data Badan Geologi pada 2022, cadangan nikel saprolite atau nikel dengan kadar di atas 1,5% sebesar 3,68 miliar ton. 

Dengan asumsi kebutuhan bijih nikel saprolit sebanyak 584,9 juta ton per tahun, maka cadangan diproyeksikan hanya bakal bertahan hingga 2029.