Pairing USDIDR melemah untuk lima hari berturut-turut mengantarkan nilai tukar rupiah menguat 69 bps pada perdagangan pagi di pasar spot ke kisaran Rp 14.811 per dolar AS, pukul 9:52 WIB, Kamis (13/4/2023).
Rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 14.798 per dolar AS, level terkuat sejak Agustus 2022. Pelemahan dolar AS menyusul landainya inflasi bulan lalu di negeri paman sam dinilai akan mempengaruhi kebijakan kenaikan bunga AS selanjutnya.
“Yield US Treasury yang lebih rendah serta dolar AS yang melemah seharusnya menjadi keuntungan bagi obligasi di pasar negara berkembang,” kata Galvin Chia, Strategist NatWest Markets Singapura seperti dikutip Bloomberg News.
Animo tinggi pemodal ke pasar obligasi rupiah, hampir selalu segaris dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Animo pemodal asing masih cukup tinggi baik di pasar obligasi domestik. Kepemilikan asing sempat menurun Rp 2,87 triliun pada Selasa 11 April lalu membuat porsi non residen di pasar SBN mencapai Rp 819,2 triliun.
Namun, dalam lelang SUN yang digelar pemerintah pada 11 April terlihat lonjakan penawaran masuk mencapai Rp 45 triliun dengan non residen mencatat kenaikan incoming bids hingga mendekati Rp 10 triliun.
Tingkat imbal hasil alias yield SUN tenor 10 tahun juga terus melandai, tercatat turun untuk hari ketiga berturut-turut dan kini berada di level 6,626%.
Sebaliknya, di pasar saham, pemodal asing mencetak net buy dua hari berturut-turut sejak Selasa lalu, senilai masing-masing Rp 591,07 miliar dan Rp 1,82 triliun, walau belum berhasil mengangkat IHSG ke zona hijau kemarin. Hari ini, IHSG juga masih mengalami tekanan hingga terseret ke level 6.782,55, pada pukul 10:02.
- dengan bantuan Matthew Burgess dari Bloomberg News
(rui/evs)