Logo Bloomberg Technoz

Perekonomian AS sejauh ini tidak mencatat kontraksi. Malah tumbuh cukup kuat kuartal terakhir, kuartal II-2024 sebesar 2,8% year-on-year, meningkat dibanding kuartal 1-2024 sebesar 1,4% year-on-year.

Namun, tingkat pengangguran AS mulai melonjak, disinyalir sebagai efek dari pengetatan yang sudah berlangsung begitu agresif oleh The Fed sejak 2022 demi menjinakkan inflasi.

Tingkat pengangguran AS pada Juli tak terduga melonjak ke 4,3% dari bulan sebelumnya 4,1%. Sementara penciptaan lapangan kerja baru juga melemah, hanya 114.000 pekerjaan pada Juli.

Data itulah yang membuat pasar ketakutan bahwa ekonomi terbesar di dunia itu tengah terancam resesi.

Grafik kinerja pasar tenaga kerja AS. (Sumber: Bloomberg)

Seorang ekonom kenamaan AS, Claudia Sahm, yang terkenal sebagai penemu indikator resesi bertajuk 'Sahm's rule', dalam pernyataannya hari ini menilai, ekonomi AS belum berada dalam kondisi resesi akan tetapi sangat dekat dengan kondisi itu. 

"Peningkatan angka pengangguran ini, di masa lalu, konsisten dengan 'awal resesi'," kata Sahm dalam program Bloomberg Surveilance di Bloomberg TV.

"Kita mungkin belum sampai di sana [resesi], tetapi kita semakin dekat dengan situasi itu," kata dia.

Sahm yang pernah bekerja sebagai ekonom Federal Reserve itu, memprediksi The Fed akan mengkalibrasi ulang pendekatan mereka untuk memperhitungkan peningkatan risiko.

Angka pengangguran 4,3% membuat rata-rata pergerakan tiga bulan tingkat pengangguran di AS melampaui titik terendah dalam 12 bulan sebesar setengah poin persentase dan memicu apa yang dikenal sebagai 'Sahm's rule'. Hukum Sahm ini membantu para pembuat kebijakan fiskal tentang kapan mereka harus melakukan stimulasi ekonomi demi melawan resesi.

"Secara umum kita memang ada dalam posisi yang kuat. Jika kita melihat semua yang kita ketahui tentang AS, ekonomi saat ini, sangat tidak mungkin kita sedang mengalami resesi," kata Sahm.

Dalam pandangannya, di tengah situasi pasar yang masih diliputi kecemasan dan kepanikan, menurut Sahm, tidak tepat bagi The Fed untuk bertindak segera dalam menanggapi peningkatan risiko.

"Ketenangan penting di saat-saat seperti ini. Fakta bahwa The Fed bergerak lambat dan penuh pertimbangan, itu hal yang baik, bukan? Hal terakhir yang kita butuhkan adalah mereka ikut serta dalam energi emosional tu. Pada saat yang sama, Powell dan kolega bisa memperhitungkan pergeseran dalam ekonomi dan pasar," jelas Sahm.

Sahm yang kini bertindak sebagai Kepala Ekonom New Century Advisors, bilang, The Fed berada dalam posisi di mana mereka memiliki kemampuan berbuat cukup banyak.

Aktivitas jasa ekspansi

Tadi malam, Amerika melaporkan data PMI ISM nonmanufaktur yang kembali ke zona ekspansi, di luar ekspektasi pasar, setelah mengalami kontraksi terbesar dalam empat tahun terakhir. Data itu mengikis kekhawatiran tentang resesi, meski tidak sepenuhnya. Ekonomi AS nyatanya masih kuat.

Indeks jasa Institute for Supply Management (ISM) naik 2,6 poin menjadi 51,4. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi, dan angka Juli sedikit lebih kuat daripada proyeksi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.

Indeks ini didorong oleh rebound pada lapangan kerja jasa, pesanan, dan aktivitas bisnis yang menunjukkan bahwa bagian terbesar dari ekonomi tumbuh dengan laju yang moderat. 

"Pada akhirnya, rebound pada indeks jasa ISM di Juli hampir tidak konsisten dengan ekonomi atau pasar tenaga kerja yang jatuh ke dalam jurang, seperti yang dikhawatirkan oleh banyak orang," kata Stephen Brown, wakil kepala ekonom Amerika Utara di Capital Economics dalam catatannya.

Indeks PMI employment nonmanufaktur juga rebound ke 51,10, melampaui perkiraan pasar yang memprediksi di angka 46,40. "Rilis data ini menjadi pukulan terhadap spekulasi emergency Fed rate cut, dan menyebabkan pasar US Treasury bergerak datar pada Senin," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas.

Sinyal saham siklikal

Hal lain yang bisa menjadi penanda bahwa mungkin ketakutan terhadap resesi AS itu berlebihan adalah pergerakan saham-saham siklikal. Bila melihat kinerja saham-saham tersebut,  ketakutan terhadap resesi mungkin berlebihan.

Stanley Druckemiller pernah menyebut saham siklikal adalah ekonom terbaik. Pada Desember 2018, dia menggarisbawahi penjualan besar-besaran saham-saham siklikal seperti saham otomotif, home builder, bank dan ritel sebagai sinyal peringatan bahwa The Fed mungkin melakukan pengetatan yang berlebihan. Tidak lama setelah itu, The Fed berbalik arah dan mengakhiri siklus pengetatannya.

Saat ini, melansir Bloomberg, sektor saham siklikal telah jatuh dari level tertinggi akan tetapi sejauh ini masih jauh dari situasi penuh tekanan. Saham pembangun rumah misalnya, naik 16% tahun ini, sedang saham perbankan di AS naik 8%. 

Tiga sektor saham siklikal di Wall Street masih mencetak keuntungan (Bloomberg)

Aksi jual besar-besaran di pasar saham belakangan telah memperketat kondisi keuangan. The Fed dinilai bisa merespon situasi itu dengan menurunkan bunga acuan lebih cepat agar risiko resesi bisa dikurangi.

Selain itu bila melihat lebih jauh lagi ke data pasar tenaga kerja, menurut kajian Bahana Sekuritas, penambahan tenaga kerja pada Juli yang direvisi lebih rendah menjadi 114.000 pekerjaan bukanlah hal yang buruk. 

"Perlu dicatat, tidak ada resesi di AS bahkan ketika nonfarm payroll tercatat di bawah 100.000 pekerjaan pada 2012, 2013 dan 2015 lalu 2016 dan 2017, dan juga pada 2018-2019 ketika tingkat bunga The Fed disebut terlalu tinggi dan terlalu hawkish," jelas Satria.

Selain itu, angka aktual nonfarm payroll pada April-Juni juga hanya direvisi lebih rendah sebesar 27.000-67.000, dengan angka Maret direvisi lebih tinggi, menurut Satria, adalah indikasi pasar tenaga kerja AS masih menguat.

"Pandangan kami, inflasi dagang belum berhenti karena AS akan memompa uang lebih banyak demi menstimulasi ekonomi jelang Pemilu November. Aksi jual pasar belakangan ini mungkin karena faktor Jepang dengan yen sebagai valuta carry trade ketimbang akibat isu resesi AS. Situasi itu memberikan peluang bagus untuk mengumpulkan saham-saham komoditas yang berpeluang mendapat manfaat dari permintaan global yang bertahan," jelas Satria.

Potensi meningkat

Sebelumnya, ekonom Goldman Sachs Group Inc menaikkan kemungkinan resesi AS tahun depan menjadi 25% dari sebelumnya 15%. Namun, mereka mengatakan ada beberapa alasan untuk tidak terlalu khawatir tentang penurunan ekonomi bahkan setelah tingkat pengangguran naik.

"Kami terus melihat risiko resesi terbatas," kata ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius dalam sebuah laporan kepada klien pada Minggu (04/08/2024).

Ekonomi terus terlihat "baik-baik saja secara keseluruhan." Tidak ada ketidakseimbangan keuangan yang besar, dan bank sentral AS  memiliki ruang yang cukup untuk memangkas suku bunga dan dapat melakukannya dengan cepat jika diperlukan, kata mereka.

-- koreksi pada data pertumbuhan ekonomi AS.

(rui)

No more pages