“Jadi birokrasi itu yang harusnya dikejar gitu ya. Sehingga porsi belanja modalnya tadi menjadi lebih besar,” pungkasnya.
Pada pemberitaan sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa belanja pemerintah di kuartal II-2024 tumbuh melambat akibat terdapat pergeseran jadwal belanja pemerintah jika dibandingkan kuartal II-2023.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan, belanja pemerintah yang hanya tumbuh 1,42% di kuartal II-2024 diakibatkan berbagai belanja pemerintah seperti pembayaran gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada tahun ini jatuh di kuartal I-2024.
Sementara pada tahun lalu, belanja modal untuk gaji ke-13 dan THR tersebut jatuh pada kuartal II-2023. Sehingga, basis yang berbeda tersebut membuat pertumbuhan belanja pemerintah di kuartal II-2024 terlihat kecil.
“Kalau kita lihat kuartal I-2024 kan pertumbuhan belanja pemerintah sangat tinggi, kenapa? Karena memang basisnya berbeda, waktu kuartal I-2023 belanja pemerintah relatif rendah dibandingkan kuartal I-2024,” ucap Febrio saat ditemui wartawan di Kementerian Keuangan, Selasa (6/8/2024).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga masih jadi kontributor terbesar yakni 53,53% dan tumbuh 4,93% (yoy), disusul oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan andil 27,89% dan tumbuh 4,43% (yoy).
Sementara belanja pemerintah hanya memberikan andil sebesar 7,31% terhadap Produk Domestik Bruto dan hanya tumbuh 1,42% (yoy).
(azr/roy)