Logo Bloomberg Technoz

Tekanan moderat yang melanda pasar SBN itu tidak bisa dilepaskan dari sentimen pasar global pasca rilis data PMI ISM nonmanufaktur Amerika pada Juli yang menapaki ekspansi lagi. Ekspansi aktivitas sektor jasa AS itu di luar dugaan pelaku pasar, sekaligus mengempiskan kekhawatiran terkait resesi yang menaikkan ekspektasi terhadap penurunan bunga The Fed, bank sentral AS.

Pasar menurunkan prediksi total penurunan bunga The Fed sampai akhir tahun ini dari 125 bps menjadi 100 bps menuju 4,50%. Perkembangan itu mengerek yield Treasury di mana sampai siang hari ini, di tengah perdagangan Asia, UST-2Y naik 6,1 bps ke 3,981%. Sedang 10Y naik 6,6 bps ke 3,854%. Bahkan tenor 5Y naik 7,5 bps ke 3,719%.

Surat Utang Jadi Incaran

Ketika pasar saham berjatuhan pada Senin dari Tokyo hingga Paris, juga Jakarta hingga Makedonia, dana global berkerumun menyerbu surat utang yang mendadak menjadi semacam safe haven. Terutama untuk surat utang tenor pendek yang termasuk kategori aset setara kas.

Treasury, juga surat utang jangka pendek terbitan pemerintah jangka pendek jadi incaran bahkan ketika dua aset yang kerap jadi pilihan safe haven utama seperti emas dan dolar AS, terlihat kurang dilirik.

Tren itu mungkin masih akan berlanjut terutama bila ada indikasi lebih banyak bahwa ekonomi terbesar di dunia benar-benar terancam resesi.

Langkah pemodal menyerbu surat utang, mungkin mengekor apa yang sudah dilakukan oleh investor kawakan dunia Warren Buffet. Pada kuartal II-2024, Buffet dilaporkan menimbun aset kas atau setara kas, termasuk di dalamnya surat utang jangka pendek (T-bills), senilai US$276,9 miliar. Angka itu setara dengan Rp4.479 triliun dengan kurs dolar AS saat ini.

Dengan kepemilikan dana tunai di instrumen tenor pendek seperti T-Bills sebesar itu, angka kepemilikan Buffet bahkan disebut-sebut telah mengalahkan posisi The Fed yang mencatat posisi di treasury tenor pendek senilai US$195 miliar, melansir pemberitaan media lokal.

“Saya pikir ini adalah asumsi yang wajar bahwa [kepemilikan tunai] mungkin akan berjumlah sekitar US$200 miliar pada akhir kuartal ini,” kata Buffet pada Mei lalu.

“Kami ingin membelanjakannya, namun kami tidak akan membelanjakannya kecuali kami berpikir [sebuah bisnis] melakukan sesuatu yang risikonya sangat kecil dan dapat menghasilkan banyak uang bagi kami… sepertinya saya tidak punya uang mogok makan atau semacamnya sedang terjadi. Hanya saja… segala sesuatunya tidak menarik," jelasnya.

(rui/aji)

No more pages