Logo Bloomberg Technoz

Sehingga, besaran belanja pemerintah sudah berada di atas angka yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah (APBN) 2024.

“Ini adalah belanja yang sebenarnya sudah kita lakukan dengan baik dan dalam beberapa pos bahkan itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan APBN-nya. Ini sesuai dengan LAPSEM yang sudah kita laporkan kemarin di DPR,” ucap Febrio.

Menurut dia, penambahan belanja pemerintah tersebut turut dipengaruhi dengan perkembangan nilai tukar rupiah yang kini melonjak di atas Rp16.000/US$. Pasalnya, besaran rupiah dalam APBN 2024 dipatok sebesar Rp15.000/US$.

Atas dasar tersebut, lanjut Febrio, pemerintah mengajukan belanja tambahan kepada DPR untuk membiayai naiknya subsidi dan kompensasi energi yang meningkat sekitar Rp60-70 triliun akibat anjloknya nilai tukar rupiah.

“Jadi ini adalah pelaksanaan APBN 2024 yang kita harus pastikan terus ini berjalan dengan baik dan merupakan katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan juga konsumsi masyarakat,” pungkasnya.

Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Dok. Bloomberg Technoz)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh positif. Konsumsi rumah tangga masih jadi kontributor terbesar, disusul oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi dan ekspor.

Sementara belanja pemerintah hanya memberikan andil sebesar 7,31% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan hanya tumbuh 1,42%.

Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edi Mahmud mengumumkan PDB ndonesia pada kuartal II-2024 adalah Rp 5.536,5 triliun atas dasar harga berlaku. Jadi, ekonomi Tanah Air tumbuh 5,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Dari sisi pengeluaran, kontributor utama dalam pembentukan PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan sumbangan 54,53%. Pada kuartal II-2024, konsumsi tumbuh 4,93% yoy. Lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2024 yang tumbuh 4,91% yoy, tetapi melambat ketimbang periode yang sama tahun lalu yakni 5,22% yoy.

Kemudian di peringkat kedua ada PMTB dengan sumbangan PDB sebesar 27,89%. PMTB tumbuh 4,43% yoy. Lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 3,79% yoy tetapi melambat dari periode yang sama tahun lalu yaitu 4,63%.

"Pertumbuhan ekpsor didorong oleh peningkatan nilai dan volume beberapa komoditas antara lain batu bara, nikel, perhiasan, serta mesin dan peralatan mekanik. Sementara ekspor jasa didorong oleh peningkatan kunjungan wisman," sebut Edi.

(azr/roy)

No more pages