Adit menyebut selain merugikan pemilih, calon tunggal yang melawan kotak suara kosong membuat pertarungan dalam pilkada menjadi tidak terhormat dan mempertaruhkan harga diri calon gubernur tersebut.
“Masa lawan kotak kosong, nggak ada lawan gitu,” tutur Adit.
KIM hingga saat ini belum memastikan partai mana saja yang bakal ikut bergabung mengusung Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta. Yang jelas, Golkar mengklaim ada lebih dari satu partai. Jika benar demikian, potensi munculnya calon tunggal di Pilgub Jakarta terbuka lebar.
Diketahui, sedikitnya ada empat partai di luar KIM yang juga memiliki kursi di DPRD Jakarta sebagai syarat pencalonan di Pilgub Jakarta, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sejauh ini, PDIP dan PKB belum mendeklarasikan dukungan kepada siapa pun untuk maju di Pilgub Jakarta.
Sementara PKS dan Partai NasDem sudah mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon gubernur Jakarta. NasDem menyerahkan kepada Anies untuk sosok calon wakil gubernur yang bakal mendampinginya nanti. Namun, PKS sejak awal sudah mematok agar Anies bisa berpasangan dengan Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman di Pilgub Jakarta.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah sebelumnya menegaskan partainya tidak mampersoalkan jika KIM ingin memperbesar koalisinya untuk mengusung Ridwan Kamil. Hal yang terpenting bagi PDIP yakni kompetisi yang berlangsung di pilkada mendatang bisa berlangsung sehat.
”Jadi, biasa saja [kalau KIM plus ingin mengusung Ridwan Kamil]. Namun, kita harus menunjukkan kompetisi nanti dalam ranah yang sehat,” kata Said.
Sejauh ini, lanjut Said, PDIP akan berusaha mengusung calon sendiri untuk maju, salah satunya di Pilgub Jakarta. Namun, PDIP harus realistis karena ada syarat kursi yang perlu dipenuhi untuk bisa mengusung calon sendiri.
”Kami lagi menggodok calon sendiri,” kata Said.
Saat ditanyakan kepastian PDIP bakal mengusung Anies di Pilgub Jakarta, Said menegaskan bahwa pembicaraan belum sampai sejauh itu karena PDIP masih ingin menggenapi syarat untuk mengusung calon sendiri.
“Kami ingin menggenapi 24 kursi. Kalau bicara calon duluan, kursinya tidak genap kan dianggap mimpi sama orang-orang. Nah pdip ini maunya apa? Kursinya belum cukup sudah bicara orang, lucu,” imbuh Said.
(mfd/ain)