Tercatat ada penguatan 328 saham, dan sebanyak 206 saham terjadi pelemahan. Sedangkan, terdapat sejumlah 239 saham yang stagnan.
Sejumlah sektor saham juga menjadi pendukung kenaikan IHSG pada perdagangan Sesi I hari ini. Saham-saham infrastruktur, saham energi, dan saham konsumen primer mencatatkan kenaikan yang tinggi, dengan masing-masing menguat 1,24%, 1,21% dan 1%.
Sedangkan, sektoral saham barang baku mengalami kenaikan 0,96%.
Sejumlah saham-saham infrastruktur yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang meroket hingga 5,67%, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang melesat mencapai 2,89% juga dengan saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang menguat 2,88%.
Selain itu, penguatan juga terjadi pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) melesat 2,22%, saham PT Indosat Tbk (ISAT) yang melesat 1,96%, dan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menanjak 1,43%.
Senada, saham energi juga melesat dan menjadi mendukung kenaikan IHSG, PT Petrosea Tbk (PTRO) meroket 5,31%, PT Harum Energy Tbk (HRUM) melesat naik 4,46% dan saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) berhasil menguat 3,34%.
Adapun kinerja Bursa Asia siang hari ini mayoritas bergerak menghijau. Topix (Jepang) melesat 7,11%, Nikkei 225 (Tokyo) melonjak 7,04%, KOSPI (Korea Selatan) menguat 3,72%, KLCI (Malaysia) menghijau 2,05%, Shenzhen Comp. (China) menguat 0,55%, dan SETI (Thailand) mencatat kenaikan 0,36%.
Bursa Asia Bangkit
Pasar Saham Asia berbalik arah dari kejatuhan masif kemarin yang terjadi pada awal pekan ini dan tercatat sebagai periode terburuk sejak 2008, karena investor sempat khawatir ekonomi AS mungkin akan mengalami Hard Landing (perlambatan tajam pada pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan gelombang PHK) dan berada di ambang resesi.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Indeks MSCI Asia Pacific melonjak sebanyak 3,9%, menuju hari terbaiknya sejak November 2022, menyusul penurunan lebih dari 6% pada Senin. Jepang memimpin rebound karena yen melemah setelah kenaikan tajam terhadap dolar yang mendorong saham-saham negara tersebut ke dalam pasar Bearish.
Pasar saham regional berada di bawah tekanan dalam dua sesi sebelumnya karena investor khawatir akan kemungkinan resesi di negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat. Sementara itu, lonjakan cepat yen memicu pelepasan carry trade di seluruh dunia, membebani saham-saham teknologi.
“Reaksi pasar agak ekstrim kemarin dan karenanya kita melihat rebound tajam hari ini,” kata Rupal Agarwal, Ahli Strategi Kuantitatif Asia di Sanford C. Bernstein.
“Saya memperkirakan pasar akan tetap bergejolak dan oleh karena itu akan tetap mencari eksposur defensif di penghujung siklus melalui saham-saham yang berkualitas atau yang memberikan dividen.”
Selain Jepang, saham-saham bangkit kembali pada hari Selasa di Korea Selatan dan Taiwan yang padat teknologi. Ekuitas Berjangka AS juga menguat, dengan sentimen yang sebagian didorong oleh kenaikan indeks manajer pembelian jasa AS di Juli yang membantu meredakan kekhawatiran pada ekonomi AS seperti halnya saat ini.
(fad)