Aset-aset berisiko telah merosot di seluruh dunia setelah data pekerjaan AS yang lemah pada hari Jumat. Pasar khawatir akan resesi.
Ini masih ditambah sinyal pendapatan perusahaan yang mengecewakan dan buruknya tren musiman. Aset kripto tidak luput dari dampaknya: Bitcoin telah anjlok lebih dari 16% - menghapus lebih dari US$150 miliar nilai pasar dalam 36 jam terakhir dan mengurangi daya tarik ETF. Ether, aset digital terbesar kedua, mengalami penurunan paling tajam sejak 2021.
Laju negatif ini menandai uji stres besar pertama untuk aset digital di era produk mata uang kripto AS, yang telah memberi investor sehari-hari cara mudah berdagang dari Bitcoin sejak disetujui dengan berat hati oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC).
ETF Spot Ether, yang memulai debutnya pada bulan Juli setelah mendapat lampu hijau dari SEC, juga mengalami arus keluar. Total arus keluar bersih kelompok ini sejak debutnya kini telah menembus US$500 juta, demikian data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
“Mereka tetap menjadi aset spekulatif. Jika berpikir bahwa itu tidak akan bergejolak dalam situasi seperti ini - saya pikir itu sudah bisa diduga,” kata Barry Knapp, managing partner di Ironsides Macro.
Terlepas dari banyaknya aksi jual, dislokasi - untuk saat ini - belum terlalu besar. Satuan ikuiditas yang dikenal sebagai bid-ask spread tetap berada dalam kisaran sempit hanya satu basis poin untuk iShares Bitcoin Trust (ticker IBIT), misalnya, bahkan saat saham milik BlackRock Inc, pemilik IBIT, anjlok 11,5%.
Para pedagang yang telah menggelontorkan miliaran dolar ke dalam produk terkait kripto lainnya juga merasakan dampaknya. 2x Bitcoin Strategy ETF (BITX), yang memiliki arus masuk sebesar US$1,8 miliar tahun ini, turun 20% dalam dua minggu terakhir.
ProShares Ultra Bitcoin ETF (BITU) dengan nilai US$340 juta, yang menghasilkan sekitar US$400 juta tahun ini, anjlok 30% pada hari Senin.
(bbn)
