Dalam sepekan terakhir, Dollar Index terpangkas 0,35% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, koreksinya mencapai hampir 3%.
Harga emas dan dolar AS memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS lesu, harga emas kerap bergerak sebaliknya.
Ini karena emas adalah aset yang dihargai dalam dolar AS. Ketika mata uang Negeri Adikuasa melemah, maka emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas naik, harga pun terungkit.
Pelemahan dolar AS disebabkan oleh rilis data inflasi Negeri Paman Sam yang melambat lebih dalam dari ekspektasi pasar. Pada Maret 2023, inflasi tahunan berada di 5%, terendah sejak Mei 2021. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi bulan lalu sebesar 5,2%.
Perkembangan ini membuat pasar kian yakin bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve) akan mempertimbangkan untuk mengerem laju pengetatan moneter. Bahkan bukan tidak mungkin suku bunga acuan bisa turun tahun ini.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas Federal Funds Rate berada di 4,25-4,5% adalah 36,1%. Sementara peluang suku bunga acuan di 4-4,25% adalah 25,1% dan kemungkinan di 4.5-4,75% adalah 23,9%.
Saat ini, suku bunga acuan AS adalah 4,75-5%. Artinya, ada peluang suku bunga bisa turun 25-75 basis poin (bps) sampai akhir 2023.
Tanpa ‘beking’ sentimen kenaikan suku bunga acuan, dolar AS pun lesu darah. Ini kemudian dimanfaatkan emas untuk mencetak kenaikan harga.
(aji)