Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pengukur ketakutan index Wall Street, Volatilitas CBOE, melonjak ke level tertinggi sejak 2020. Gambarannya, trader dan investor menjauhi aset-aset berisiko, dengan tengah mencari tempat berlindung saat index itu meninggi.

Sinyal lainnya bahwa investor bersiap menghadapi gejolak dapat ditemukan di VVIX, ukuran Volatilitas VIX. Acuan ini juga menutup hari pada level tertinggi sejak awal 2020.

CBOE Volatility Index./dok. Bloomberg

Sebelumnya, Ekonom di Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan kemungkinan resesi AS tahun depan meningkat menjadi 25%, ada kenaikan di perkiraan mereka dari 15%.

Tekanan jual di pasar makin memuncak ketika laporan pekerjaan AS yang lemah terbit, mencerminkan The Fed tidak bergerak cukup cepat untuk mencegah penurunan ekonomi yang tajam.

“Jelas angka-angka pekerjaan itu benar-benar membuat semua orang ketakutan,” kata Neil Birrell, Kepala Investasi di Premier Miton Investors.

Angka pekan lalu juga menunjukkan kemerosotan dalam manufaktur AS, dan perlambatan perekrutan yang lebih besar dari yang diperkirakan.

Seakan divalidasi, Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly mengatakan pasar tenaga kerja ‘Memang’ melemah dan mengindikasikan Bank Sentral AS harus mulai memangkas suku bunga dalam beberapa kuartal mendatang, tetapi ia tidak menyimpulkan bahwa pasar tenaga kerja sudah mulai melemah secara serius. 

“Penyesuaian kebijakan akan diperlukan dalam beberapa kuartal mendatang,” kata Daly pada Senin (5/8/2024) dalam diskusi terbaru yang dimoderatori dan diselenggarakan Hawaii Executive Collaborative.

“Kami sekarang telah mengonfirmasi bahwa pasar tenaga kerja melambat, dan sangat penting bagi kami untuk tidak membiarkannya melambat sehingga mengarah ke penyusutan,” tambahnya.

Sejumlah ekonom, termasuk dari Citigroup Inc., JPMorgan Chase & Co., dan Wells Fargo & Co., saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan sebesar setengah poin pada pertemuan September dan November.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin, index MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang jatuh hingga 6,7%. Ini adalah kinerja harian terburuk sejak Oktober 2008, dan bersiap memasuki wilayah koreksi.

Penurunan itu juga menghapus seluruh kenaikan yang diperoleh sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd). 

Rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS pekan lalu yang keluar lebih rendah dari ekspektasi pasar telah memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS berada dalam kondisi yang lebih buruk dari yang dibayangkan investor, sehingga membangkitkan kembali ketakutan mengenai terjadinya resesi ekonomi.

“Data NFP ini dirilis sehari setelah data ISM Manufacturing Index mencatatkan penurunan ke level 46,6 di Juli, terendah sejak November 2023, dari level 48,5, menandakan penurunan aktivitas di sektor manufaktur AS yang ke-20 dalam 21 bulan dan menggarisbawahi dampak dari tingginya suku bunga terhadap permintaan barang-barang,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Kedua data ini mendorong pelaku pasar berspekulasi bahwa ekonomi AS mungkin akan mengalami Hard Landing (perlambatan tajam pada pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan gelombang PHK) dan berada di ambang resesi.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi agresif 3,40% ke 7.059 dan masih didominasi oleh volume penjualan, dengan tertembusnya 7.207.

“IHSG pun telah keluar dari fase konsolidasinya dan saat ini sedang berada pada fase Bearish. Saat ini, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave 2,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (6/8/2024).

Herditya juga memberikan catatan, sehingga IHSG masih rawan berlanjut terkoreksi ke 6.949-7.026.

(fad)

No more pages