Logo Bloomberg Technoz

Kemarin, bursa saham di berbagai negara ‘kebakaran’. Di Indonesia, misalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk 3,4% ke 7.059,65. Bahkan Indeks sempat minus 4,23% dalam perdagangan intraday.

Di Asia Tenggara, indeks KLCI (Malaysia), PSEI (Filipina), Straits Times, dan SETI terkoreksi masing-masing 4,63%, 2,58%, 4,07%, dan 2,93%. Di level Asia, indeks SSEC (China), Hang Seng (Hong Kong), SENSEX (India), Nikkei 225 (Jepang), Kospi (Korea Selatan), dan Weighted Index (Taiwan) melemah masing-masing 1,54%, 1,46%, 2,74%, 12,4%, 8,77%, dan 8,35%.

“Perkembangan ini memaksa investor menjual emas untuk menutup kerugian di saham. Ini biasa terjadi, harga emas ikut turun mengikuti pasar saham,” kata Adrian Ash, Direktur Riset BullionVault, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Akan tetapi, fenomena ini biasanya tidak bertahan lama. Saat situasi sudah tenang, pelaku pasar akan kembali berburu emas.

“Setiap kali terjadi pelemahan di pasar saham, investor yang memegang emas akan menjualnya untuk memperoleh likuiditas. Ketika kondisi sudah tenang, mereka hampir selalu membelinya kembali,” ungkap Rhona O’Connell, Analis StoneX Financial, juga diberitakan Bloomberg News.

(aji)

No more pages