Namun, ia tak mengungkapkan fasilitas apa yang akan diberikan oleh pemerintah kepada sektor konstruksi.
Selain itu, sektor Usaha, Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) juga masih menjadi perhatian pemerintah untuk dapat dipacu kembali produktivitasnya, sehingga dapat memberikan andil yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia.
“Beberapa hal terkait UMKM kemarin pemerintah sudah dorong kebijakan untuk UMKM yang terlibat dalam KUR yang akadnya sudah ditandatangani tahun 2022 itu bisa direstrukturisasi sesuai regulasi OJK. Jadi itu keputusannya sudah dibahas dalam rapat komite KUR,” pungkas Airlangga.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal II-2024. Hasilnya sedikit di atas ekspektasi.
Pada Senin (5/8/2024), Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edi Mahmud mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2024 adalah Rp 5.536,5 triliun atas dasar harga berlaku. Jadi, ekonomi Tanah Air tumbuh 5,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Capaian tersebut tidak jauh dari perkiraan pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg menunjukkan prediksi pasar berada di 5%.
Sementara itu, dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi Indonesia tumbuh 3,79%. Pada semester I-2024, ekonomi tumbuh 5,08%.
"IMF pada Juli meramal pertumbuhan ekonomi global 2024 tetap stabil, negara berkembang melambat dibandingkan 2023 tetapi masih tinggi dari capaian global. Indikator PMI manufaktur global sepanjang triwulan II berada di zona ekspansi," kata Edi dalam jumpa pers di kantornya.
Adapun, sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 berada pada kisaran 4,97% - 5,02% (yoy), atau melambat dari triwulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,11% (yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh berakhirnya faktor musiman yang dapat mengungkit ekonomi Indonesia, seperti pemilihan umum (pemilu) dan Ramadan yang jatuh pada kuartal sebelumnya.
“Perekonomian Indonesia secara umum relatif melemah di Triwulan-II 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya. Tidak adanya faktor musiman yang memicu aktivitas ekonomi, tingginya ketidakpastian global, dan berlanjutnya permasalahan struktural berdampak negatif terhadap pertumbuhan,” tulis Ekonom LPEM UI Teuku Riefky dalam risetnya, dikutip Senin (5/8/2024).
(azr/lav)