Logo Bloomberg Technoz

Seiring dengan peningkatan kapasitas terpasang, investasi di sektor EBT juga terus meningkat. Hingga Juni 2024, realisasi investasi mencapai US$0,56 miliar atau sekitar 45,9% dari target tahunan sebesar US$1,23 miliar. Sektor panas bumi dan aneka EBT menjadi penyumbang terbesar dalam investasi ini.

Tercatat, sektor panas bumi telah menyumbang US$0,64 miliar, disusul oleh aneka EBT (US$0,51 miliar), bioenergi (US$ 0,06 miliar), dan konservasi energi (US$0,01 miliar).

Peningkatan investasi ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan EBT, potensi pasar yang besar, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya energi bersih.

Meskipun ada capaian positif, bauran EBT dalam energi nasional masih relatif lambat, diperkirakan hanya sekitar 13%—14% pada tahun 2025. "Pada 2025, bauran paling cuma 13%—14%. Penyebabnya karena infrastruktur kita dan adanya bottleneck," terang Arifin.

Selain itu, terjadi pula peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada komponen PLT EBT. Indeks TKDN subsektor EBTKE mencapai 49,80%, mendekati target 55,45%. Ini menunjukkan adanya upaya untuk mengembangkan industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Di satu sisi, pengembangan PLT EBT juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 123,22 juta ton CO2. Dengan makin banyaknya energi yang dihasilkan dari sumber terbarukan, emisi CO2 dari sektor energi dapat ditekan secara signifikan.

(prc/wdh)

No more pages