Potensi Resesi AS
Airlangga juga mengungkapkan tengah memantau perkembangan perekonomian Amerika Serikat (AS). Pasalnya, beberapa ekonom mulai mengeluarkan kewaspadaan terhadap potensi resesi di AS. Ekonom Goldman Sachs Group meningkatkan kemungkinan resesi AS tahun depan menjadi 25% dari sebelumnya 15%.
Airlangga juga mengharapkan agar pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS dapat dilakukan pada akhir tahun ini, namun kepastian atas pemotongan Fed Fund Rate tersebut tetap tak ada yang bisa menjamin.
“Kalau kita lihat suku bunga kita dengan inflasi gapnya agak tinggi tapi kami tahu juga harus jaga untuk tidak terjadi capital flight tingkat suku bunga di AS dan negara lain termasuk di AS dolar,” papar Airlangga.
Sebagai informasi, Ketakutan terhadap resesi AS itu, yang bisa memicu resesi global mengingat ukuran ekonomi Amerika yang besar dan dominan di lanskap dunia, menjadi pemicu aksi jual besar-besaran di aset saham. Bursa Asia merah merona di mana indeks Nikkei Jepang sempat anjlok hingga 7%.
Kini pada pukul 10:43 WIB, Nikkei tergerus 5,81%, TOPIX turun 5,73%, disusul oleh Taiwan Taipex yang tergerus 6,84%, KOSPI Korea turun 6,20%, FTSE Malaysia turun 2,73%, indeks saham Singapura juga turun 2,83%. Sementara bursa saham Indonesia, IHSG, tercatat melemah pada penutupan perdagangan hari ini sebesar 3,4%.
Kejatuhan bursa saham Asia hari ini sepertinya merupakan rambatan dari koreksi di Wall Street akhir pekan lalu. Kala itu, indeks S&P 500 anjlok 2,2% sementara Nasdaq 100 jatuh 2,3%.
Kekhawatiran akan hard landing AS menjadi penyebab pelaku pasar memasang mode risk off, jauh-jauh dari aset berisiko. Data ekonomi di Negeri Paman Sam menunjukkan pemburukan sehingga menimbulkan kecemasan akan resesi.
(azr/lav)