Logo Bloomberg Technoz

Hanya won Korea dan rupee India yang masih tertekan sampai penutupan pasar hari ini dengan ditutup melemah 0,29% dan 0,08%. Selebihnya, mata uang Asia menguat.

Penguatan rupiah yang terbatasi oleh sentimen negatif pasar saham, juga terkikis oleh pergerakan rupiah offshore pada pembukaan pasar Eropa yang melemah tipis ke Rp16.184-Rp16.197/US$, di kala indeks dolar AS masih melemah juga ke 102,6.

'Nikkei Effect' di Asia

'Senin berdarah' melanda bursa Asia sejak pagi tadi terutama disulut oleh kejatuhan bursa saham di Jepang. Penguatan yen ternyata buruk pagi pasar saham di Negeri Sakura.

Indeks Nikkei 225 hari ini ditutup ambles hingga 12,4%, TOPIX dan JPX Nikkei juga tergerus 12,4% pada penutupan pasar.

Indeks saham Taiwan Taipex dan Kospi Korea juga dihajar aksi jual sehingga ditutup turun masing-masing 8,35% dan 8,77%. Hangseng  Hong Kong juga masih tertekan meski lebih kecil hampir 2% jelang penutupan pasar. Sementara indeks Shanghai tergerus 1,54% pada penutupan transaksi.

Bukan hanya bursa saham di Asia Timur, bursa saham di kawasan Asia Tenggara juga 'terbantai' aksi jual massif yang seolah tak terjeda. IHSG sejauh ini sudah nyaris mendekati 4% penurunannya. FTSE Malaysia turun 4,45%, SE Thailand juga turun 2,87%, sementara bursa saham Filipina juga turun 2,58%. Bursa saham Vietnam tergerus lebih dalam hingga ditutup anjlok 3,92%.

Tekanan di bursa saham di seluruh dunia terpantik oleh ketakutan bahwa perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS), jatuh ke jurang resesi menyusul tingkat pengangguran yang melejit tinggi.

Khusus di Jepang, penguatan yen yang semakin tajam terhadap dolar AS hingga 13% dari level terendahnya pada Juli lalu, membuat pasar mengobral saham di bursa di sana. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang yang menjadi acuan juga anjlok tertajam dalam lebih dari dua dekade. 

Penurunan imbal hasil yang tajam itu mengancam pendapatan bunga pemberi pinjaman, hingga memicu rekor penurunan besar pada harga saham-saham bank kakap di Jepang seperti Mitshubishi UFJ Financial Group, lalu Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Financial Group yang telah kehilangan sedikitnya 12 triliun yen dalam dua hari perdagangan terakhir.

Penguatan yen membuat pasar cemas karena hal itu mengacaukan strategi investasi para investor global yang selama ini mendasarkan diri pada pinjaman murah dalam yen. 

"Situasi yang sangat rumit bagi para pembuat kebijakan di Jepang. Kebijakan moneter yang longgar bisa menghancurkan mata uang Anda dan sedikit saja pengetatan akan menghancurkan pasar saham," kata Charu Chanana, Strategist di Saxo Market, dilansir dari Bloomberg News.

"Yen mungkin akan mencapai level 140 per dolar AS cepat atau lambat jika kekhawatiran atas risiko resesi AS terus meningkat yang selanjutnya akan membebani saham Jepang," jelasnya.

Tekanan pada pasar saham sepertinya masih akan berlanjut hingga pasar AS dibuka nanti malam. Mengacu pergerakan saham berjangka bursa AS, masih terlihat tekanan kuat di mana Dow Jones tergerus 1,6%, lalu S&P 500 juga tergerus 2,4%.

 

(rui)

No more pages