Logo Bloomberg Technoz

Bukan hanya bursa saham di Asia Timur, bursa saham di kawasan Asia Tenggara juga 'terbantai' aksi jual massif yang seolah tak terjeda. IHSG sejauh ini sudah nyaris mendekati 4% penurunannya. FTSE Malaysia turun 4,45%, SE Thailand juga turun 2,87%, sementara bursa saham Filipina juga turun 2,58%. Bursa saham Vietnam tergerus lebih dalam hingga ditutup anjlok 3,92%.

Tekanan di bursa saham di seluruh dunia terpantik oleh ketakutan bahwa perekonomian terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS), jatuh ke jurang resesi menyusul tingkat pengangguran yang melejit tinggi.

Khusus di Jepang, penguatan yen yang semakin tajam terhadap dolar AS hingga 13% dari level terendahnya pada Juli lalu, membuat pasar mengobral saham di bursa di sana. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang yang menjadi acuan juga anjlok tertajam dalam lebih dari dua dekade. 

Penurunan imbal hasil yang tajam itu mengancam memangkas pendapatan bunga pemberi pinjaman, memantik rekor penurunan besar pada harga saham-saham bank terbesar seperti Mitshubishi UFJ Financial Group, lalu Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Financial Group yang telah kehilangan sedikitnya 12 triliun yen dalam dua hari perdagangan terakhir.

Penguatan yen membuat pasar cemas karena hal itu mengacaukan strategi investasi para investor global yang selama ini mendasarkan diri pada pinjaman murah dalam yen. 

"Situasi yang sangat rumit bagi para pembuat kebijakan di Jepang. Kebijakan moneter yang longgar bisa menghancurkan mata uang Anda dan sedikit saja pengetatan akan menghancurkan pasar saham," kata Charu Chanana, Strategist di Saxo Market, dilansir dari Bloomberg News.

"Yen mungkin akan mencapai level 140 per dolar AS cepat atau lambat jika kekhawatiran atas risiko resesi AS terus meningkat yang selanjutnya akan membebani saham Jepang," jelasnya.

Tekanan pada pasar saham sepertinya masih akan berlanjut hingga pasar AS dibuka nanti malam. Mengacu pergerakan saham berjangka bursa AS, masih terlihat tekanan kuat di mana Dow Jones tergerus 1,6%, lalu S&P 500 juga tergerus 2,4%.

Pemangkasan bunga darurat The Fed

Memantau pergerakan pasar Treasury, terlihat bahwa para pelaku pasar obligasi kini bertaruh bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan bunga acuan darurat.

Para pedagang obligasi bertaruh bahwa perekonomian AS akan memburuk dengan cepat hingga The Fed akan memangkas bunga acuan secara agresif dan mungkin sebelum jadwal pertemuan September tiba, demi mencegah resesi.

Kekhawatiran terkait risiko inflasi yang tinggi begitu cepat menguap dan kini digantikan oleh spekulasi bahwa ekonomi terbesar di dunia itu akan terhenti kecuali ada pelonggaran moneter segera.

Harga Treasury mencetak reli di mana yield UST-2Y yang paling sensitif terhadap arah bunga acuan, anjlok ke 3,81% sementara tenor 10Y lebih rendah di 3,7%. 

Ekspektasi terhadap pelonggaran yang lebih agresif juga menyebar ke pasar obligasi Eropa di mana surat utang Jerman imbal hasilnya jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan. "Kekhawatiran pasar adalah bahwa The Fed tertinggal dan kita sedang berubah dari soft landing menjadi hard landing," kata Tracy Chen, fund manager di Global Brandywine.

Namun, reaksi pasar obligasi sejauh ini oleh sebagian pihak dinilai berlebihan dalam menaksir besar penurunan bunga acuan The Fed. 

"Pasar melampaui batas dan bergerak maju tanpa kendali seperti yang kita lihat pada akhir tahun lalu. Anda membutuhkan validasi dari lebih banyak data," kata Kevin Flanagan, Head of Fixed Income di WisdomTree.

(rui)

No more pages